Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan rencana TNI Angkatan Udara (AU) untuk membeli helikopter baru sebagai langkah berlebihan. Sebab, pemerintah Indonesia memiliki 5 helikopter dengan kondisi yang tergolong masih baik dan baru.
"Jangan berlebihan karena ini uang rakyat. Uang rakyat lho yah. Hati-hati pakai uang rakyat," kata JK di Surabaya, Jawa Timur, Senin (30/11).
"Tahun 2012 itu helikopter yang ada sekarang, sangat bagus. Jadi enggak benar itu bahwa sudah tua, enggak benar sama sekali," kata dia.
Advertisement
JK juga menuturkan jam terbang helikopter yang mengangkut Presiden dan Wakil Presiden termasuk rendah. Dalam sebulan, helikopter VVIP itu paling digunakan sekali saja.
"Presiden paling tinggi mobilitasnya sekali sebulan naik helikopter itu. Saya sudah 3 bulan enggak pernah naik helikopter itu," tutur dia.
Baca Juga
Selain itu, JK juga khawatir terjadi salah beli helikopter. Ia menuturkan ada helikopter buangan berjenis sama yang berasal dari India.
Dalam skandal yang terjadi di India pada 2013, uang yang harus dikeluarkan pemerintah India untuk membeli helikopter tergolong mahal. Setelah ditelusuri, ketahuan ada praktik korupsi di dalam pembelian tersebut.
"Terlalu mahal, dianggap korupsi. Menterinya, panglimanya, kena hukuman penjara dan dirut perusahaan itu masuk penjara 2 tahun lalu pada 2013," JK menerangkan.
Kepala Dinas Penerangan TNI-AU Marsma Dwi Badarmantyo sebelumnya menjelaskan Agusta Westland AW-101 ini dibeli untuk menggantikan helikopter jenis Super Puma yang selama ini digunakan untuk Presiden Jokowi dan Wapres JK jika berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia.
Agusta Westland adalah perusahaan pembuat beberapa jenis helikopter yang berbasis di Italia. Perusahaan ini merupakan bentuk dari joint venture antara Italia dan Inggris.
Dwi menambahkan AW-101 buatan Italia dipilih setelah melalui beberapa proses seleksi yang dilakukan TNI-AU. AW-101 dianggap memiliki kemampuan yang mumpuni untuk pengamanan kelas VVIP. Selain itu, tipe tersebut diklaim juga lebih nyaman.
Bukan tanpa alasan TNI-AU melakukan penggantian fasilitas VVIP tersebut. Dikatakan Dwi, saat ini kondisi helikopter Super Puma sudah memasuki usia rata-rata 25 tahun dan ini sangat mempengaruhi aspek keselamatan dan pengamanan VVIP. (Ali/Ans)**