Liputan6.com, Jakarta - Sebuah akun Facebook bernama Megume Martiani mengunggah kekesalannya terhadap Go-Jek. Alasannya, ojek berbasis online itu diduga memeras suaminya, yang merupakan seorang driver.
"Tiba-tiba tengah hari suami saya BBM (blackberry messenger) bahwa dia kena suspend dan diminta untuk bayar ganti rugi sebesar Rp 3,9 juta. Alasannya karena dia membuat bookingan fiktif atau palsu," tulis Martiani yang dikutip Liputan6.com, Rabu (2/12/2015).
Padahal, kata Martiani, penghasilan suaminya tidak sebesar itu. Sehingga dia yakin bahwa tuduhan palsu pada suaminta itu hanya untuk memeras para pengemudi Go-Jek.
Unggahan Martiani pun dilengkapi dengan 6 foto bukti pesan elektronik, berisi permintaan Go-Jek agar para drivernya melunasi sejumlah uang. Tulisan itu sudah mendapat 10 like, 12.789 shares, dan beberapa komentar.
Menurut Martiani, sekitar 9 ribu driver juga mengalami hal yang sama. Beberapa driver yang baru bergabung pun diminta untuk membayar puluhan juta.
"Beberapa driver yang baru join 2 bulan, diminta ganti rugi sampai Rp 92 juta. Beberapa ada yang diminta Rp 20 juta, dan jumlah lainnya yang tidak masuk akal. Bukan hanya itu saja, dan bukan hanya di Jakarta, di Bandung, Bali pun kejadian yang sama," tegas Martiani.
Baca Juga
Usaha untuk meminta penjelasan, lanjut Martiani, menemui jalan terjal. Saat mendatangi Kantor Go-Jek, para driver dihadang pihak keamanan. Kemudian, yang memaksa masuk malah disita motornya.
Martiani menuturkan bagi mereka yang mau ke luar dari Go-Jek pun menemui jalan buntu. Sebab, dokumen asli seperti KTP, ijazah, atau surat nikah ditahan perusahaan tersebut sebagai syarat kerja sama.
"Kepada pihak perusahaan. Terutama perusahaan Go-Jek, Tolong, bagaimanapun yang terjadi di internal perusahaan, jangan limpahkan ini ke karyawan," tandas Martiani.
Penjelasan Gojek
Atas masalah ini, CEO Gojek Nadiem Makarim pun angkat bicara. Dia mengatakan, selama 2 bulan belakangan setiap hari mendapat keluhan dari para pengemudi terkait banyaknya pengemudi lain yang berbuat curang.
"Ada puluhan komplain dari driver jujur mengenai banyaknya rekan Go-Jek yang menyalahgunakan subsidi perusahaan dengan membuat ratusan order fiktif dengan akun palsu," kata Nadiem dalam siaran persnya.
Sehingga, para driver yang sudah bekerja keras dan jujur kecewa dengan tindakan para driver nakal itu. Apalagi tak ada sanksi dari perusahaan.
Setelah mendapat pengakuan itu, kata Nadiem, Go-Jek telah melakukan pengolahan data selama 1 bulan. Akhirnya ditemukan ada 7.000 pengemudi se Indonesia yang melakukan order fiktif. "Mereka tidak mengambil order nyata, namun menerima pendapatan jutaan perbulan," ujar dia.
Sehingga, ujar Nadiem, perusahaan telah memberhentikan sementara para driver curang itu.
"Gojek telah mengamati hal ini cukup lama dan memiliki bukti kuat terhadap setiap individu terkait. kami telah memberikan peringatan beberapa kali bahwa Go-Jek tidak akan pernah mentolelir kecurangan ini," kata Nadiem.
Nadiem pun memberikan kesempatan kepada para driver nakal untuk mengembalikan uang penipuan tersebut sebagai tanda komitmen mereka masih ingin bekerja sebagai driver Go-Jek.
"Kami berpegang teguh bahwa menjadi driver Go-Jek adalah suatu hak dan kewajiban yang mulia. Hanya driver-driver terbaik dan jujur yang dapat menjdi bagian dari keluarga besar Go-Jek Indonesia," ujar Nadiem.
Dia juga menegaskan bahwa prioritas utama Go-Jek adalah meningkatkan kesejahteraan para pengemudi ojek di seluruh Indonesia.