Sukses

Bos Freeport Benarkan Ada Permintaan Saham 20% Saat Temui Setnov

MKD menghadirkan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin sebagai saksi dalam sidang etik Ketua DPR Setya Novanto.

Liputan6.com, Jakarta - Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) menghadirkan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin sebagai saksi dalam sidang etik Ketua DPR Setya Novanto. Dalam sidang itu, Maroef membenarkan adanya permintaan saham sebesar 20%.

"Benar ada permintaan saham 20 persen, 11 persen dibilang untuk presiden dan 9 persen untuk wapres," ujar Maroef di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (3/12/2015).

Berikut ini petikan percakapan Maroef Sjamsoeddin (MS), Setya Novanto (SN), dan M Riza Chalid (MR) seperti yang direkam Maroef:

MR: Pak, Pak. Hubungan Pak Luhut itu dekat sekali dengan Pak Jokowi. Kalau kasih sign beliau keluar, kasih sign, eh beliau kayaknya begini gini, rahasia ya. Ngerti nggak. Paling nggak Pak, kalau saya bilang confirm on, kalau meleset saya habis Pak.

MS: Ndak Pak. Kalau meleset komitmen, kalau sudah keluar komitmen tidak akan meleset Pak. Kalau sudah keluar komitmen. Seperti saham berapa persen Pak.

MR: Itu yang saya juga belum, yang belum

MS: Bapak harus jelas juga berapa persen sahamnya. Karena itu bukan uang kecil lho Pak soal saham itu dan nilai aset Freeport itu bukan main.  

MR: Kedua, nilainya berapa. Sama yang itu kan diambilnya harus untung, biar pinjaman bisa recover

MS: Mungkin harus jelas juga Pak, supaya anunya, perhitungannya lebih jelas juga

MR: Bapak itu sudah jalan divestasi sudah berapa persen?

MS: 30 % yang sudah jalan

MR: Yang sudah jalan 9 persen dong

MS: 9,3 %. DIpegang BUMN

SN: Kalau gak salah itu Pak Luhut sudah bicara.

MR: Pak Luhut sudah bicara

SN: Pak Luhut bicara dengan Jim Bob. Pak Luhut udah ada unek-unek Pak

MR: Pak, kalau gua, gua bakal ngomong ke Pak Luhut janganlah ambil 20%, ambillah 11% kasihlah Pak JK 9%. Harus adil, kalau enggak ribut.

SN: Iya. Jadi kalau pembicaraannya Pak Luhut di San Diago, dengan Jim Bob, empat tahun lalu. Itu, dari 30 persen itu, dia memang di sini 10 %. 10 persen dibayar pakai deviden. Jadi dipinjemin tapi dibayar tunai pakai deviden. Caranya gitu, sehingga menggangu konstalasi ini. Begitu dengar adanya istana cawe-cawe, presiden nggak suka, Pak Luhut ganti dikerjain. Kan begitu. Sekarang kita tahu kuncinya. Kuncinya kan begitu begitu lhp hahahaha. Kita kan ingin beliau berhasil. Di sana juga senang kan gitu. Strateginya gitu lho.. Hahahaa