Liputan6.com, Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) masuk peringkat nomor 1 institusi penegak hukum, yang dalam 10 tahun belakangan paling banyak mengungkap kasus narkoba se-Asia Tenggara. Disusul Polri di peringkat kedua, Thailand di peringkat 3 dan Myanmar peringkat 4.
"Di satu pihak ini merupakan kebanggaan kita bahwa Indonesia dinilai 10 tahun terakhir nomor 1 dalam hal pengungkapan," ungkap Deputi Pemberantasan BNN Irjen Deddy Fauzy Elhakim di Gedung BNN, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Jumat (4/12/2015).
"Kedua Polri, kemudian Thailand dan Myanmar," sambung Deddy.
Baca Juga
Berdasarkan data BNN, 2,8 ton sabu telah disita selama Januari hingga Desember 2015.
"Ditotal dari Januari sampai Desember hampir 2,8 ton sabu," ujar Deddy.
Kendati, Deddy merasa prihatin lantaran Indonesia menjadi negara yang disasar para pebisnis narkoba. Parahnya lagi, sabu yang diperjualbelikan di Tanah Air kebanyakan oplosan dengan obat sakit kepala, obat gatal, bahkan pupuk urea.
"Kita perlu prihatin sabu (yang dipasarkan di Indonesia) ini dioplos, dicampur paracetamol, CTM, pupuk urea, dan lain-lain. Ini korban bisa 2 kali lipat," pungkas Deddy.