Sukses

Kasus Papa Minta Saham Membuat Suara Jokowi Meninggi

Jokowi kali ini tampak serius dan tegang. Sesekali, jari telunjuknya mengacung beberapa kali.

Liputan6.com, Jakarta Konferensi pers yang digelar Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka, Senin malam, tampak tidak seperti biasanya. Mengawali keterangan persnya, Jokowi yang tampil dengan batik cokelat tua  menyampaikan beberapa hal mengenai persiapan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak.

Jokowi meminta agar warga yang daerahnya menggelar Pilkada untuk ikut turut berpartisipasi dan meramaikan pilkada.

"Saya mengimbau rakyat Indonesia di 269 daerah dapat berpartisipasi aktif menggunakan hak pilih sebaik-baiknya. Jangan lupa datang ke TPS, jangan lupa memilih pemimpin Indonesia yang ditentukan oleh saudara sendiri atau rakyat sendiri," ujar Jokowi, Senin (7/12/2015).

Ia juga meminta agar jajarannya, baik instansi kepolisian dan Kementerian Dalam Negeri untuk  memastikan keamanan pilkada berjalan baik.

"Saya mengimbau semua pihak tertib sejuk dan ini adalah kegembiraan politik yang mari kita meriahkan bersama," kata Jokowi.

Usai memberikan keterangan mengenai pilkada serentak, Jokowi yang berdiri di atas podium kemudian memajukan langkahnya hanya beberapa jarak dari para wartawan. Ia kemudian sempat bertanya kepada para wartawan apakah ada lagi pertanyaan yang ingin disampaikan. "Gak ada soal lain ya?" ucap Jokowi dengan raut wajah serius.

 



Beberapa wartawan kemudian menyampaikan pertanyaan, di antaranya soal kasus 'papa minta saham'.

Sempat terdiam beberapa saat, Jokowi menjawab pertanyaan tersebut dengan nada bicara tinggi sambil beberapa kali mengacungkan jari telunjuknya. 

"Proses yang berjalan di MKD harus kita hormati. Tapi, tapi tidak boleh yang namanya lembaga negara itu dipermainkan. Lembaga negara itu bisa kepresidenan, bisa lembaga negara lain," ucap Jokowi. ‎

Amarah Jokowi semakin terlihat. Tak seperti biasanya, Jokowi kali ini tampak serius dan tegang. Sesekali, jari telunjuknya mengacung beberapa kali.

"Saya gak apa-apa dikatain presiden gila, presiden sarap, presiden koppig (keras kepala). Ndak apa-apa. ‎Tapi kalau sudah menyangkut wibawa mencatut meminta saham 11 persen itu yang saya gak mau! Gak bisa," ucap Jokowi.

Menurut Jokowi, segala hal yang menyangkut masalah kepatutan dan moralitas tidak bisa ditolelir. "Ini masalah kepatutan, kepantasan. Moralitas!. Itu masalah wibawa negara," ucap dia.

Jokowi kemudian mengakhiri keterangan persnya dengan satu kata. "Cukup!," kata Jokowi sambil berlalu dan meninggalkan para wartawan.