Sukses


Hidayat Nur Wahid: MEA Berlaku, Narkoba Semakin Ancam Indonesia

Hidayat Nur Wahid mengkhawatirkan terjadinya lost generation akibat narkoba.

Liputan6.com, Jakarta - Awal 2016, Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara mulai memasuki era perdagangan bebas ASEAN atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pada masa ini, Indonesia harus terbuka dan dengan jumlah penduduk terbesar di Asia Tenggara, menjadi target pasar bagi negara-negara lainnya. Tidak terkecuali menjadi sasaran peredaran narkoba.

Hal ini bisa dimungkinkan, sebab kata Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, di Asia Tenggara terdapat segitiga emas penghasil opium. Segitiga emas itu antara lain di perbatasan Thailand yang merupakan ladang ganja terluas di dunia.

"Dari ladang itu setiap tahun menghasilkan 160 miliar dolar Amerika. Indonesia adalah salah satu tujuan dari peredaran narkoba," ujar Hidayat dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (10/12/2015).

Hidayat mengungkapkan, saat ini sebanyak 3,6 juta penduduk Indonesia menjadi korban narkoba. Sebagian besar korban adalah pemuda dan kalangan mahasiswa.

"Sebesar 25 persen penduduk Indonesia adalah kelompok usia muda. Merekalah yang menjadi sasaran penyebaran narkoba. Bagaimana bila MEA diberlakukan? Kawasan ASEAN menjadi pasar bebas. Dengan jumlah penduduk terbesar, Indonesia menjadi pasar, termasuk target dari peredaran narkoba," jelas dia.

Dengan kondisi ini, Hidayat mengkhawatirkan terjadinya lost generation akibat narkoba. "Indonesia terancam lost generation. Gambaran tadi sebelum MEA berlaku. Saat ini segitiga emas itu masih ada, produksi narkoba masih ada. Mahasiswa menjadi target," ujar politisi PKS ini.

Selain itu, Hidayat juga mengkhawatirkan, dalam era MEA Indonesia hanya menjadi penonton. "Banyak produk asing membanjiri Indonesia karena lebih kompetitif, berkualitas dengan harga murah. Begitu juga dengan tenaga kerja asing yang lebih kompetitif. Indonesia menjadi pasar," tutur dia.

Bahkan, Hidayat mengungkapkan, banyak warga Thailand belajar bahasa Indonesia untuk menghadapi MEA. "Mengapa kita tidak mempelajari bahasa negara-negara lain di Asia Tenggara. Supaya kita tidak terjebak pada neo kolonialisme, sebaliknya membuat Indonesia lebih unggul. Ini menjadi ranah eksekutif pemerintah," pungkas Hidayat.

Video Terkini