Liputan6.com, Jakarta - Presiden Pertama RI Sukarno dikenal sebagai pemikir dan ideolog bangsa yang dimensi pemikirannya sangat komprehensif. Hal itu dibuktikan dari berbagai literatur pemikirannya dalam berbagai dimensi, baik ideologi, sosial, politik, ekonomi, hingga kebudayaan.
"Salah satu dimensi pemikiran Bung Karno adalah sintesis antara Islam dan Nasionalisme yang terwujud dalam Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara," ujar Ketua Badan Sosialisasi 4 Pilar MPR Ahmad Basarah dalam keterangn tertulisnya, Minggu (13/12/2015).
Menurut Basarah, banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik sosok dan pemikiran Bung Karno. Hal itu karena adanya praktik politik Desoekarnoisasi pada zaman orde baru.
"Sehingga diperlukan kemauan baik dari pemerintah untuk meluruskan sejarah bangsa tentang sosok dan pemikiran Bung Karno. Hal itu penting agar generasi bangsa kita memiliki referensi para pemimpin yang dapat menjadi suri tauladan," kata Basarah.
Sementara itu, Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Tohari menambahkan, perjuangan Islam Bung Karno dalam menyusun dan membentuk Pancasila terlihat saat pembentukan Panitia 9 oleh Bung Karno yang melahirkan Piagam Djakarta 22 Juni 1945. Bung Karno ikut menyetujui dan menandatangani naskah Piagam Djakarta.
"Tulisan-tulisan Bung Karno tentang Islam juga sangat progresif dan berkemajuan. Beliau layak dijuluki seorang pemikir Islam dan kebangsaan yang hebat," terang Hajriyanto.
Sintesis Islam-Nasionalisme Bung Karno Lahirkan Pancasila
Presiden Pertama RI Sukarno dikenal sebagai pemikir dan ideolog bangsa yang dimensi pemikirannya sangat komprehensif.
Advertisement