Liputan6.com, Jakarta - Ibu muda dari Koja, Yusri Isnaeni (32) mengaku siap menghadapi laporan atau gugatan balik Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menudingnya menyalahgunakan dana Kartu Jakarta Pintar (KJP). Siapa Yusri?
Liputan6.com mendatangi kediaman Yusri di Jalan Mahoni Koja, Jakarta Utara. Rumah dengan pagar putih dengan corak ubin biru itu tampak sepi. Seperti bangunan rumah yang belum sepenuhnya tuntas. Banyak puing batu dan sampah dihalaman depan rumahnya.
"Saya lagi di BNN. Lagi ada pemusnahan barang bukti dan lagi mau ketemu Kepala BNN," kata Yusri dihubungi, Jakarta Utara, Rabu 23 Desember 2015.
Yusri mengungkapkan, saat ini dia tengah aktif di LSM Gerakan Masyarakat Tanpa Narkoba (Gempana). Dia sudah pergi sejak pagi untuk menemui Komjen Budi Waseso dan mendapat pengarahan soal pencegahan narkoba.
Menurutnya selain bisa mengkampanyekan gerakan anti narkoba, dirinya juga bisa mendapat penghasilan dari aktivitasnya itu.
Baca Juga
"Saya sendiri, mau gak mau ya harus cari duit. Saya aktif di Gempana. Udah ya mas besok aja ketemunya," ujar janda beranak 2 itu.
Sementara itu, dari dalam rumah keluar perempuan separuh baya dan diketahui ibu Yusri, Mulyati (55).
"Cari siapa dek?," kata Mulyati seraya mempersilahkan masuk.
Di teras rumah dan duduk di atas ubin, Mulyati menuturkan, sang anak pergi sejak pagi karena ada kegiatan. Setiap harinya Yusri diketahui selalu keluar rumah mencari duit. Sebab hanya kepada Yusrilah kehidupan anak, dirinya, dan nenek Yusri bergantung.
"Tadi pagi ninggalin duit 10 ribu buat makan terus pergi. Biasanya kalau habis ikut Gempana bawa duit 50 ribu. Kalau dia gak usaha atau keluar gitu ya gak dapat duit," kata Mulyati.
Selain aktif di Gempana, Yusri memiliki keahlian memijat. Namun penghasilan dari memijat ternyata juga belum bisa memenuhi kebutuhan hidup.
Advertisement
Yusri pun sempat bekerja menjadi buruh di pabrik kunci di Sunter, Jakarta Utara. Lagi-lagi gaji yang tidak sesuai dengan ongkos membuat Yusri keluar.
"Pernah kerja di di pabrik kunci sebelum Lebaran dah keluar. Dia ngurut sekali 30 ribu-50 ribu. Tapi kalau panggilan ngurut agak jauh dia gak bisa. Soalnya gak ada ongkos. Orang ngurut juga gak tiap hari kan. Dia tadi pergi dibonceng temannya," ucap dia.
Selanjutnya ia menyebutkan, Yusri ingin sekali narik ojek dengan masuk ke Go-Jek. Tapi karena tak memiliki motor, niat itu urung dijalankan.
Mulyati menuturkan, Yusri sudah menjanda sekitar 5 tahun lalu. Semenjak itu juga perekonomiannya agak sulit. Mantan suami pun hanya berprofesi guru di daerah Pandeglang, Banten.
"Mau ikut Go-Jek, cuma gak ada motor. Mantan suami cuma guru di daerah, ya pasti kita ngerti juga gimana gaji guru," ujar dia.
Untuk itu, ia berharap dengan keadaan yang serba kurang, keluarganya enggan untuk berseteru dengan Ahok. Ditambah lagi akibat sebutan maling, kini keluarga menjadi bahan olokan dan kambing hitam dari tetangga maupun orangtua murid di sekolah.
"Sebenarnya sakit masih. Tapi ya damai aja dah. Masa begitu sama rakyat miskin," tutup Mulyati.