Liputan6.com, Solo - Merawat persamaan adalah hal biasa. Tetapi beda halnya dengan merawat perbedaan, itu akan menjadi sebuah hal luar biasa.
Prinsip itu yang dijadikan pegangan oleh Ketua Tamir Masjid Al Hikmah Joyodiningratan, Solo, Muhammad Nasir Abu Bakar. Masjid Al Hikmah memang beda dengan yang lainnya.
Secara lokasi, masjid bercat hijau itu tempat berbagi tembok dengan tempat ibadah jemaat Kristen, Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, yang sama-sama beralamat di Jalan Gatot Subroto 222, Solo.
Dua tempat ibadah dengan alamat yang sama tentu saja bukan sekadar hidup bertetangga. Tetapi para jemaat dan jemaahnya juga merawat harmonisasi untuk hidup rukun, berdampingan antara para jemaah dan jemaat.
Kerukunan itu pun terbukti saat masyarakat beda keyakinan ini merayakan masing-masing hari besarnya. Seperti pada 24 Desember dan 25 Desember tahun ini. Tanggal 24 Desember tahun ini merupakan hari besar untuk umat muslim. Di hari ini, umat muslim Indonesia merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang disebut Maulid Nabi.
Baca Juga
Baca Juga
Sementara hari berikutnya, 25 Desember merupakan hari Natal yang diyakini umat nasrani sebagai hari kelahiran Isa Al Masih.
Untuk menghormati perayaan Natal, jemaah masjid sengaja menggelar pengajian peringatan Maulid Nabi jauh hari sebelum tanggal 24 Desember 2015, yakni pada 16 Desember kemarin.
"Karena kita mengetahui kalau pada Kamis malam ada ibadah malam Natal, maka kita mengajukan pengajian Maulid Nabi pada 16 Desember 2015. Kebetulan juga pada tanggal itu, kita mendapat jatah tempat untuk pengajian Jamuro (Jamaah Muji Rosul)," ujar Nasir di Solo, Kamis (24/12/2015).
Tidak hanya itu, Nasir mengungkapkan, saat mengumandangkan azan Magrib dan Isya, juga tidak dilagukan dan tidak berlangsung lama. Selain itu, pembacaan ayat suci Alquran yang biasanya dikumandangkan 10 menit sebelum azan juga ditiadakan.
"Biasanya kalau azan dilagukan dan meliak-meliuk. Tapi untuk menghormati ibadah umat Kristen maka azan Maghrib dan Isya hanya dilafalkan biasa. Terus bacaan Alquran yang biasanya dibacakan sebelum azan sebagai tanda untuk panggilan salat, juga dihilangkan," jelas dia.
Advertisement
Ibadat Natal dan Salat Jumat
Toleransi juga dilakukan oleh pihak GKJ Joyodiningratan. Pihak gereja menyadari bahwa 24 Desember merupakan hari peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jemaat sudah siap menggelar ibadat malam Natal di tempat lain.
"Karena kita tahu tanggal 24 itu Maulid Nabi dan biasanya ada pengajian, maka awalnya kita sempat memunculkan alternatif lain untuk ibadat malam Natal. Kita rencana akan menggelar ibadah malam Natal dengan menyewa gedung atau mencari waktu yang lain," ungkap Pendeta GKJ Joyodiningratan, Nunung Istining Hyang. Â
Lantas, pada 25 Desember yang bertepatan dengan salat Jumat, pihak gereja memutuskan ibadah Natal akan selesai pada pukul 10.00 WIB.
"Untuk masalah ini kita sudah komunikasikan jauh hari, sejak 3 bulan lalu. Nah, kalau untuk parkir sudah diatur warga dan jemaah masjid. Seperti biasa, nanti parkir jemaat gereja sampai ke halaman depan masjid," urai Pdt Nunung.
GKJ Joyodiningratan sendiri menggelar dua ibadah Natal, yakni Kamis, 24 Desember pukul 18.00 WIB. Sementara pada 25 Desember, ibadah Natal akan digelar pada pukul 08.00 WIB.
Sejak Puluhan Tahun
Harmonisasi dua agama di wilayah ini memang sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu. Melongok sejarahnya, gereja ini lebih awal dibangun pada 1939. Lantas pada 1947, tepat di sampingnya dibangun musala yang kemudian berubah menjadi masijd.
Mulai saat itulah, kerukunan agama terjalin. Sebagai simbolnya, perwakilan umat Islam dan Kristen membangun prasasti Tugu Lilin sebagai simbol kebersamaan. Prasasti itu sendiri memiliki tinggi 100 meter. Posisinya terletak di sebelah selatan masjid, tempat wudu perempuan. (*)