Sukses

Buntut Sweeping FPI, Muncul Petisi Copot Kapolres Jakarta Pusat

Hendro mengatakan sejauh pengawasannya, tidak ada aksi sweeping massa FPI ke kendaraan roda 4 yang melintas.

Liputan6.com, Jakarta - Seorang warga Jakarta, Damar Juniarto mengunggah petisi di situs www.change.org berjudul 'Copot Kapolres Jakarta Pusat yang Telah Dukung Sweeping FPI' dan ditujukan untuk Kapolri Badrodin Haiti dan Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian. Petisi ini didukung sebanyak 8.294 netizen.

Dalam tulisannya, Damar bercerita pengalaman tak menyenangkan pada Senin malam 28 Desember 2015. Kala itu, massa yang diduga Front Pembela Islam (FPI) menyisir mobil yang melintas Jalan Cikini Raya, tepatnya depan Taman Ismail Marzuki (TIM) dengan menyuruh pengendara menghentikan laju kendaraan dan menyuruh pengendara membuka kaca mobil untuk mencari Bupati Purwakarta, Jawa Barat Dedi Mulyadi.

Penyelenggara acara Federasi Teater Indonesia mengundang Dedi sebagai penerima penghargaan. Mengetahui hal itu, massa FPI berencana menurunkan Dedi dari kendaraan yang ditumpanginya.

Damar mengatakan, polisi bukannya mencegah aksi sweeping malah mengawal aksi tersebut. Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo pun, ujar Damar, berada di lokasi dan menjelaskan, "nggak, mereka (FPI) cuma memeriksa (mobil)."

Aksi sweeping FPI itu dipimpin ketua FPI DKI Jakarta Abdul Majid. Ia mengatakan masyarakat Muslim di Cikini, Kalipasir, dan Kwitang Jakarta Pusat menolak kehadiran Dedi. Bahkan Abdul Majid menyebut Dedi sebagai Raja Syirik. Akhirnya polisi meminta penyelenggara acara untuk bubar dengan alasan demi keselamatan.

"Ini masyarakat Muslim dari Cikini, Kalipasir dan Kwitang dan sekitarnya menolak si Raja Syirik Dedi Mulyadi menginjak tanah Jakarta," ungkap Abdul di halaman TIM, Jakarta Pusat, Senin 28 Desember 2015.

Isi petisi copot Kapolres Jakarta Pusat di change.org

Pernyataan Kapolres Jakpus

Ketika dikonfirmasi, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo menjelaskan, ia memang berada di lokasi kejadian sejak pukul 17.00 WIB hingga sekitar pukul 21.30 WIB. Kedatangannya karena mendengar ada pergerakan massa FPI menolak hadirnya Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.

"Saya ada di sana dari jam 5 sore sampai setengah 10 malam usai dari pemakaman Habib Selon. Saya ke sana karena dengar ada pergerakan massa FPI menolak Bupati Dedi Mulyadi. Gesekan mereka itu kan ada historinya," ujar Hendro kepada Liputan6.com ketika dihubungi, Rabu (30/12/2015).

Hendro mengatakan sejauh pengawasannya, tidak ada aksi sweeping massa FPI ke kendaraan roda 4 yang melintas. Ia membantah jika dikatakan polisi membubarkan acara Federasi Teater Indonesia.

"Kami jaga acaranya sampai selesai. Tidak ada imbauan pembubaran acara. Bahkan kami turunkan 300 personel dari Brimob, Sabhara Polsek Menteng, Polres Jakarta Pusat," terang Hendro.

Hendro menegaskan, dirinya tidak akan membiarkan aksi sweeping terjadi di wilayahnya karena ia paham tindakan tersebut meresahkan warga dan mengganggu ketertiban pengguna jalan.

"Mereka tahu ada Kapolres di sana, mereka tidak mungkin berani. Saya tidak akan membiarkan aksi sweeping."

Hendro menyatakan siap dicopot jika memang terbukti lalai dalam tugas dan pihak-pihak yang menudingnya memiliki bukti otentik. Ia menuturkan, baik massa FPI, masyarakat dan polisi yang hadir di TIM saat itu mengetahui bahwa dia berupaya semaksimal mungkin menjaga kondusivitas.

"Kalau memang saya dicopot karena hal itu, saya enggak apa-apa. Tapi yang di sana tahu bagaimana kondusifnya suasana dan saya di sana untuk mengamankan. Bahkan saya salat bersama," tandas Hendro.

Video Terkini