Sukses

Tidak Ada Angin-Hujan, Patung Jenderal Soedirman Roboh

Patung yang berdiri menghadap selatan tersebut, jatuh ke arah barat dan sempat menghalangi jalan raya.

Liputan6.com, Purbalingga - Patung Jenderal Soedirman yang selama ini menjadi ikon Kabupaten Purbalingga tiba-tiba saja roboh. Padahal saat kejadian tak ada angin maupun hujan di daerah itu.

Berita mengejutkan terjadi di Perempatan Jalan Mayjen Sungkono Purbalingga. Patung Jenderal Soedirman yang berposisi berdiri dengan tongkat dan jubah, roboh dan hancur di perempatan tersebut.

Kejadian ini sontak membuat kaget pengguna jalan yang sedang melintas di jalan tersebut. Beruntung saat kejadian tidak ada warga yang melintas di dekat bunderan tersebut. Seorang saksi mata, Budi Suharso mengatakan, saat kejadian pengendara sedang berhenti menunggu lampu merah.

"Tak ada angin, tak ada apa-apa, tiba-tiba saja jatuh. Kalau tidak lampu merah pasti ada yang kena," kata Budi, Minggu (3/1/2016).

 



Patung yang berdiri menghadap selatan tersebut, jatuh ke arah barat dan sempat menghalangi jalan raya.

"Patung tersebut patah di bagian tengah antara badan patung dengan dasar penyangga. Jatuhnya ke arah barat dan bagian yang jatuh ke jalan itu sempat menutup jalan," ujarnya.

Patung Panglima Besar Jenderal Soedirman tersebut diresmikan 31 Desember 2004 oleh Bupati Triyono Budi Sasongko. Patung ini terbuat dari bahan fiber yang digarap perupa, Azmir.

Pada kaki sebelah kanan patung, terangkat dan diletakkan di atas batu. Sedangkan, tangan kiri memegang teropong dan tangan kanan memegang tongkat.

Ketinggian patung 10,40 meter termasuk pondasi pijakan. Pembangunan patung ini sempat mengundang kontroversi. lantaran anggaran pembuatannya mencapai Rp 270 juta yang menggunakan dana dari APBD perubahan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Purbalingga, Sigit Subroto mengatakan, kemungkinan besar pihaknya akan memperbaiki patung tersebut. Namun, perbaikannya tidak dilakukan dalam waktu dekat karena anggaran harus diusulkan melalui APBD Perubahan.

"Kami akan berkonsultasi dengan seniman yang membuatnya di Jakarta untuk perbaikan. Apakah patung itu bisa diperbaiki atau harus dibuat dari awal atau baru, sebab ini menyangkut karya seni," kata Sigit saat dikonfirmasi.

Kepala Seksi Pertamanan Dinas Cipta Karya Purbalingga, Tri Nuryanto mengatakan, saat kejadian cuaca sedang bagus.

"Tidak hujan, tidak ada angin, tiba-tiba roboh. Bagian bawah patung tercabut, terlepas dan jatuh ke jalan. Kondisi jalan raya saat kejadian sedang sepi kendaraan. Beberapa pengguna jalan sempat menghindar dari reruntuhan patung. Sehingga tak ada korban jiwa," ujar Tri.

Menurut dia, patung tersebut selalu dilakukan pembersihan dan pengecatan ulang setiap bulan Maret, karena biasanya pada bulan April sering dilakukan penilaian adipura kencana.

"Bulan Maret 2015 lalu saat dilakukan cat ulang tak ditemukan tanda-tanda patung mengalami kerusakan, jadi belum di ketahui penyebab robohnya patung," kata dia.