Sukses

Babak Akhir Drama DO Ronny UNJ

Ronny sebelumnya telah beberapa kali menggalang unjuk rasa menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama untuk mundur.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak biasanya telepon seluler atau ponsel Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ronny Setiawan dibanjiri pesan dan telepon dukungan dari teman-teman sekampusnya. Bahkan, banyak juga sahabatnya dari luar kampus mengirimkan pesan dukungan lewat telepon genggamnya.

Namun, Ronny tidak mudah menyembunyikan kegelisahan yang sedang dialaminya meski ribuan dukungan mengalir untuk dirinya. Hal itu tentunya wajar karena mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), ini bakal kena drop out (DO) alias dikeluarkan dari kampus.      

Ronny diancam DO karena diduga mengkritik dan menuding Rektor UNJ Prof Dr Djaali melakukan korupsi melalui akun media sosialnya. Selain itu, Ronny juga dianggap telah menyampaikan surat kepada Rektor UNJ yang bernada ancaman.

Tidak hanya dukungan langsung, gerakan 'menyelamatkan' Ronny pun mengalir deras. Di situs jejaring sosial Facebook dan Twitter, kabar mengenai Ronny menyebar secara viral. Di Twitter, Ronny bahkan menuai banyak dukungan. Terpantau pada pukul 22.59 WIB, Selasa (5 Januari 2016), tagar #SaveRonny menjadi puncak trending topic Indonesia hingga berita ini diturunkan.

Tak hanya itu, dukungan terhadap Ronny juga membanjir di Change.org. Di platform petisi online tersebut, petisi dengan judul "Cabut SK DO Rektor UNJ, Selamatkan Ronny Setiawan!" yang dibuat oleh Aliansi Mahasiswa UNJ Bersatu dalam waktu singkat mengantongi banyak dukungan.

Pada pukul 22.51 WIB, atau sekitar 37 menit setelah petisi itu dimuat, lebih dari 500 orang telah menandatanganinya. Kemudian pada pukul 23.20 WIB pendukung petisi itu sudah mencapai 2.856 orang.

Berselang 12 menit kemudian, atau tepatnya pada pukul 23.32 WIB, petisi itu mengantongi dukungan dari 3.212 orang. Dan pada pukul 23.53, petisi tersebut ditandatangani oleh 5.710 orang.

Kampus Universitas Negeri Jakarta (UNJ) (Liputan6.com/ Devira Prastiwi)

Rajin Demo Ahok

Ronny sebelumnya disebut-sebut telah beberapa kali menggalang unjuk rasa menuntut Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk mundur dari jabatannya.

Ronny sendiri membenarkan ancaman yang diterimanya. Melalui laman Facebook miliknya, Selasa (5 Januari 2016), Ronny menceritakan kronologi peristiwa yang dialami.

Berawal pada Senin petang, 4 Januari 2016, Kasubag Perkap FMIPA UNJ Sunaryo mendatangi rumahnya untuk mengantarkan surat dari Dekan Fakultas MIPA.

"Isi surat tersebut adalah panggilan untuk Bapak/Ibu saya agar dapat hadir ke ruang Dekan FMIPA pada hari Selasa, 5 Januari 2016 pukul 09.00 WIB," tulis Ronny.

Dalam surat itu tidak dituliskan maksud dan tujuan pemanggilan. Mengingat kondisi orangtuanya yang sedang sakit, Ronny memutuskan untuk menghadiri undangan itu bersama kakaknya, Ricky Adrian.

Sekitar pukul pukul 11.00 WIB, Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Jakarta Nomor: 01/SP/2016 tentang Pemberhentian sebagai Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta dibacakan oleh Dekan Fakultas MIPA.

"Intinya saya diberhentikan sebagai mahasiswa UNJ atas tuduhan tindak kejahatan berbasis teknologi dan aktivitas penghasutan," ujar Ronny.

Dia menyayangkan sikap Rektor UNJ yang telah mengeluarkan SK tersebut karena menilai alasan yang dikemukakan sangat subjektif. Karena itu, Ronny bertekad untuk mendapatkan kembali haknya sebagai mahasiswa UNJ.


Pernyataan Bersama antara Pimpinan UNJ dan BEM UNJ. Kredit: BEM Seluruh Indonesia

Dibela Dosen


Sementara itu Wakil Rektor Muchlis Rantoni Luddin mengatakan Rektor merasa tersinggung dan difitnah dengan apa yang disampaikan Ronny.

"Setiap pernyataan itu harus dinyatakan dengan data yang akurat, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak terklarifikasi. Jadi ini pakai bahasa yang kurang santun dari mahasiswa, klarifikasinya juga kurang, interaksinya juga kurang," ujar Muchlis di kantornya, Jakarta, Rabu (6/1/2016).

Wakil Rektor UNJ lainnya, Achmad Ridwan, menyampaikan apa yang dilakukan Ronny adalah me-reposting akun lain dan menyebarkannya.

"Kan ada yang namanya di medsos, ada yang merilis tentang apa yang dinyatakan atau apa yang dilakukan oleh Pak Djaali sebagai rektor. Ada tulisan di medsos yang berjudul Almanak Rektor UNJ. Nah, di situ ada kalimat hasutan, ada kalimat yang menyebut misalnya tidak dikonfirmasi kebenaran faktanya," kata dia.

Hal itulah, tutur Achmad, yang membuat Rektor UNJ merasa geram dan marah. "Ada kesalahan lainnya dalam tulisan di media sosial. Ini lho yang membuat orang dituduh gitu, yang membuat agak marah, emosi," ucap Achmad.

Namun, Pembantu Dekan I Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Muktiningsih, menepis dugaan mahasiswa MIPA itu menyebutkan sang rektor terlibat dugaan korupsi melalui akun Facebook-nya.

"Kami cek FB (Facebook)-nya tidak ada itu. Tidak ada keluar dari Ronny, itu hanya broadcast-broadcast-nya," ujar Muktiningsih di kantor Wakil Dekan MIPA UNJ, Jakarta, Rabu (6 Januari 2016). "Saya kan ini dosennya," tegas dia.

Sementara, Wakil Rektor Muchlis Rantoni Luddin menjelaskan setiap dosen atau para akademikus biasanya memiliki akun Facebook.

"Semua FB (Facebook) kita pantau. Kan, kita punya semua," kata dia.

Kendati demikian, Muchlis membantah dugaan korupsi di rektorat. "Itu hanya bumbu-bumbu. Kita enggak bicara bumbu. Ini persoalan simpel saja, antara orangtua dan anak."

"Asal duduk sama-sama ya, selesai itu. Ini kan karena belum duduk bersama saja," Muchlis menandaskan.

(Liputan6.com/Putu Merta Surya Putra)

Bapak dan Anak


Rektor UNJ Prof Dr Djaali mengungkapkan permasalahan ini disebut-sebut lantaran minimnya komunikasi.

"Persoalannya sebetulnya kan kurang komunikasi. Kebetulan memang kita di akhir tahun begini memang sibuk," ujar Djaali saat rekonsiliasi di Gedung Rektorat UNJ, Jakarta, Rabu (6 Januari 2016).

"Sehingga kadang-kadang kita jarang komunikasi dan terjadilah informasi-informasi yang tidak didukung oleh fakta, atau dengan kata lain informasi yang tidak benar, dan kadang-kadang bersifat memfitnah ini ter-posting," kata dia.

Pada kesempatan sama, Ronny mengatakan pihaknya sudah melakukan rekonsiliasi dengan Rektor UNJ Prof Dr Djaali.

"Alhamdulillah, sudah terjadi rekonsiliasi antara saya, murid dan Prof Djaali, dalam hal ini ayahanda kita semua di UNJ. Jadi ini saya katakan ayahanda anak-anak di UNJ itu beliau," ucap dia.

Ronny mengaku dirinya dan semua mahasiswa UNJ, termasuk anggota BEM UNJ, tidak ada yang membenci sang rektor pascakeluarnya surat keputusan pengeluaran dirinya.

"Jadi jujur mahasiswa UNJ kemudian bukan benci. Jadi mahasiwa ini tidak ada yang benci dengan ayahanda-ayahanda atau pun ibunda-ibundanya, tidak ada," kata dia.

"Justru kami semua mahasiswa UNJ hari ini, bahkan BEM UNJ tepatnya, cinta dengan ayahandanya, cinta dengan ibundanya. Tidak ada di antara kami yang benci kemudian marah, emosi, itu tidak ada. Jadi pada dasarnya semua karena cinta," Ronny menegaskan.

Ronny menjelaskan pihak Rektorat UNJ kini berjanji akan meninjau kembali surat keputusan (SK) pengeluaran dirinya, yang dikeluarkan Rektorat pada Senin, 4 Desember 2015.

"Nanti Insya Allah, tadi ayahanda kita juga sudah menyampaikan akan ditinjau kembali. Akan diperbaiki SK yang kemudian sudah dikeluarkan. Kalau anak kepada ayah itu pasti percaya," kata Ronny.

Dia pun membenarkan masalah yang terjadi kali ini karena kurangnya komunikasi. Ronny berharap hubungan antara rektor dan mahasiswa ke depan terjalin dengan baik

"Betul tadi kata ayahanda kami bahwasanya sepertinya hanya miss-komunikasi, miss-informasi. Jadi ke depan alhamdulillah sepertinya akan terjadi komunikasi yang lebih baik," kata Ronny.

"Karena memang semua yang bergerak di UNJ, entah itu mahasiswa, entah itu rektorat, saya yakin semua bergerak untuk kemajuan UNJ. Semua bergerak kemudian untuk menciptakan UNJ lebih baik lagi," ujar dia.

Ronny setuju dengan visi Rektor UNJ yang akan memajukan kampus ke depan. "Saya sepakat dengan visi ayahanda kami ke depan, akan membuat UNJ World Class University."

"Jadi Insya Allah kita coba hubungkan bersama-sama antara mahasiswa, rektor, lalu karyawan, dosen-dosen Insya Allah ke depan demikian," ucap Ronny.

Petisi dukungan terhadap Ronny Setiawan, mahasiswa UNJ yang diganjar drop out oleh rektor UNJ, meroket dalam 11 jam saja.

Batal DO


Setelah sempat di-drop out (DO) oleh Rektor Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr Djaali, status mahasiswa Fakultas MIPA Ronny Setiawan, yang juga menjabat sebagai Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNJ itu, akhirnya dipulihkan.

Hal ini seiring diterbitkannya Keputusan Rektor Nomor 02/SP/2016 terkait pengaktifkan kembali Ronny sebagai mahasiswa UNJ. Dalam surat tersebut, hal yang menjadi pertimbangan Rektor Djaali adalah karena mahasiswa jurusan Pendidikan Kimia itu telah meminta maaf kepada dirinya.

"Bahwa saudara Ronny Setiawan selaku Ketua BEM UNJ telah meminta maaf atas perbuatannya mem-posting pemberitaan dan pernyataan ke media sosial yang dapat menimbulkan keresahan serta kesimpangsiuran informasi," ujar Djalli dalam surat pertimbangannya.

Selain itu, masih dalam isi surat tersebut, BEM telah sepakat untuk menarik dan meralat seluruh pernyataan berita-berita, informasi, yang memuat fitnah, penghinaan, penghasutan yang pernah di-posting ke media sosial.

"Selain itu, berdasarkan hasil rapat pimpinan, bersepakat untuk mencabut surat Keputusan Rektor Nomor 01/SP/2016," Djaali menegaskan.

Karena itu, dalam putusannya, Rektor mengaktifkan kembali Ronny sebagai mahasiswa UNJ.

"Mengaktifkan kembali mahasiswa atas nama saudara Ronny Setiawan Nomor Registrasi 3315111295 sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Kimia Fakultas MIPA UNJ serta mengembalikan hak dan kewajibannya sebagai mahasiswa aktif," tulis Djaali dalam suratnya.**