Sukses

2016, Komisi XI DPR Optimistis Pemerintah Pegang Kendali Ekonomi

Terbukti meski perekonomian Indonesia pada 2015 yang sempat diprediksi akan sangat anjlok ternyata tak seburuk yang diperkirakan.

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Panitia Kerja (Panja) Komisi XI DPR, M Misbakhun menyatakan, jalannya perekonomian Indonesia pada 2016 akan semakin baik ketimbang tahun sebelumnya. Optimisme itu didasari mulai stabilnya kondisi perekonomian global dan regional.

"Perekonomian Indonesia pada 2015 yang sempat diprediksikan akan sangat anjlok ternyata tak seburuk yang diperkirakan. Capaian kondisi ekonomi nasionalnya bagus karena Presiden Jokowi mempunyai Menkeu yang mau bekerja keras, dan bisa pegang kendali," ujar politikus Golkar ini lewat keterangan tertulisnya, Rabu (6/1/2015).

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR itu juga meyakini target pertumbuhan ekonomi di kisaran 5-5,5 persen akan bisa dicapai. Terlebih, pemerintah di tengah memburuknya perekonomian 2015 silam masih mampu menahan angka pertumbuhan di angka 4,7-4,85 persen.

Misbakhun yang juga mantan pegawai Departemen Keuangan itu menjelaskan, kondisi perekonomian 2015 justru lebih baik ketimbang 2014. Menurut dia, dengan pertumbuhan ekonomi 4,7-4,8 pada 2015, angka inflasi hanya 3,35 persen.

"Ini justru setara dengan pertumbuhan sebesar 7 persen karena pertumbuhan yang dicapai di tahun 2015 tidak digerus oleh besaran laju inflasi. Bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 yang mencapai lima persen tetapi laju inflasinya sebesar 8,8 persen," ulas Misbakhun.

Misbakhun juga juga wanti-wanti soal kendala yang masih menghadang pada 2016. Di antaranya adalah menurunnya nilai ekspor Indonesia baik dari komoditas, mineral ataupun migas.

Selain itu, harga komoditas minyak sawit (crude palm oil/CPO) dan karet yang jatuh masih menjadi masalah, sehingga mempengaruhi nilai ekspor dan jumlah cadangan devisa kita.

Namun, pemerintah bisa mengatasinya dengan memperkuat perekonomian domestik. Menurut Misbakhun, Indonesia dengan jumlah penduduk yang mencapai 255 juta jiwa memiliki potensi besar dari sisi daya beli dan konsumsi.

“Potensi ini harus bisa dikelola dengan baik. Kemudahan investasi baru harus dipermudah sehingga banyak tercipta lapangan kerja baru,” tandas Misbakhun.


Video Terkini