Liputan6.com, Jakarta - Operasi Camar Maleo untuk menangkap Santoso, gembong teroris pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur di Poso, Sulawesi Tengah, bakal dievaluasi. Sebab, menurut Kapolri Jenderal Pol Badrodin Haiti, gembong teroris Poso belum ditangkap atau masih buron.
Berdasarkan evaluasi 2015 lalu, ujar Kapolri, ada sekitar 28 orang terduga teroris Poso yang tertangkap termasuk dua pimpinan kelompok Mujahidin Indonesia Timur. Berkaca pada hasil itu, pihaknya akan memperketat gerak dan menambah kekuatan personel.
"Bahan evaluasi ini yang akan kami ambil untuk membuat keputusan selanjutnya," ucap Badrodin di Kompleks Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada Jumat, 8 Januari 2016.
Untuk Santoso, Badrodin menegaskan, ia adalah target utama. Karena itu, ke depannya operasi akan difokuskan untuk membatasi pergerakan kelompoknya serta mencegah agar Santoso-Santoso lainnya tak muncul lagi.
Baca Juga
"Santoso satu meninggal yang lain akan muncul. Evaluasi tidak diukur dari situ, tapi seberapa jauh efektivitas gerakan yang mereka lakukan dalam hal mengganggu keamanan," ujar Badrodin.
Hingga saat ini, Badrodin mengungkapkan, Polri telah menggelar Operasi Camar Maleo sebanyak 4 kali untuk menangani kelompok teroris Santoso di Poso. Operasi Camar Maleo tahap IV dijadwalkan akan berakhir pada Januari tahun ini.
Meskipun Santoso belum ditangkap, tutur Kapolri, sejumlah pentolan kelompok tersebut dibekuk seperti Daeng Koro. Selain itu, tak sedikit pula personel Polri yang gugur dalam medan pertempuran pemburuan Santoso.**