Liputan6.com, Cirebon - Cirebon merupakan daerah di kawasan pantai utara (Pantura) yang paling banyak memiliki cita rasa kuliner daerah yang khas. Salah satunya adalah nasi jamblang atau sega jamblang.
Namanya tidak asing lagi bagi penggemar kuliner di kawasan tanah Jawa. Wisatawan yang baru pertama kali ke Cirebon tentunya bakal segera mengenal nasi yang dibungkus daun pohon jati dengan banyak varian lauk.
Lalu siapa sebenarnya orang yang mengembangkan nasi jamblang di Kota Udang ini? Liputan6.com mencoba menelusuri sejarah pelopor kuliner khas yang ada di Cirebon itu.
Nama Siti Jaenah dikalangan pengusaha nasi jamblang bukanlah nama yang asing, pelopor generasi ketiga nasi jamblang Cirebon ini mengembangkan usaha keluarganya dengan konsep pengeber atau pedagang keliling.
"Justru saat dipegang Ma Jenah kami tidak membuka warung. Kami hanya memasak nasi dan lauk pauk jamblang untuk dijual keliling oleh pengeber. Lalu sorenya mereka pulang dan langsung bagi hasil penjualan," ujar Tien Rustini cucu kesayangan Ma Jenah, Sabtu (9/1/2016).
Menurut Tien, sosok Ma Jenah merupakan perempuan cerdas yang memiliki jiwa bisnis. Sebelum mengembangkan nasi jamblang, juga sukses mengembangkan usaha barang pecah belah dan usaha kain.
Pada masa kejayaan nasi jamblang di Cirebon, Ma Jenah berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. Baik menjadi pegawai, pemasok bahan baku hingga pengeber dengan jumlah lebih dari 100 orang.
Saat itu, para pengeber atau penjaja nasi jamblang menjual makanan rakyat tersebut ke seluruh wilayah di Cirebon. Termasuk wilayah strategis seperti di pelabuhan, stasiun kereta api dan pabrik-pabrik yang ada di Cirebon.
Hingga akhirnya, para pengeber memiliki pangsa pasar tersendiri dan terbagi dalam wilayah masing-masing. Bahkan sampai sekarang keturunan mereka yang pernah bekerja dengan Ma Jenah juga bekerja di warung yang kini dikelola oleh Tien.
"Termasuk pengeber juga turun temurun mewariskan usaha penjaja nasi jamblangnya dengan dipikul banyak yang kerja di sini," sebut Tien.
Salah satu inovasi karya Ma Jenah yang masih bertahan sampai sekarang adalah ide pembuatan sambal khas nasi jamblang yang dibuat dari irisan tipis cabai merah.
"Ma Jenah itu kreatif, banyak varian lauk pauk yang menarik dan khas. Di antaranya lauk daging bumbu laos hingga sekarang masih dipertahankan," tutur Hj Tien.
Meski tak sempat berinteraksi lama dengan sang nenek, Tien meyakini, Ma Jenah memiliki peran besar dalam memajukan nasi jamblang di Cirebon
"Sampai saya tahu betul pengembangan nasi jamblang dan saya bangga nasi yang dibuat pertama oleh keluarga saya menjadi ikon kuliner Cirebon," ungkap Tien.
Nasi Sedekah
Namun di tengah masyarakat Cirebon, cerita asal-usul nasi jamblang sendiri semula hanya untuk sedekah para buruh pembangunan pabrik Gula Gempol yang beroperasi pada tahun 1847 dan pabrik Sirtus Palimanan yang beroperasi pada tahun 1883.
Saat itu, H Abdul Latief seorang pengusaha pribumi sukses meminta istrinya Tan Piauw Lun atau akrab disapa Nyonya Pulung untuk menyediakan makanan berupa nasi dan lauk pauk secukupnya dengan dibungkus daun jati untuk diberikan kepada para buruh sebagai sedekah.
Sementara, lauk pauk nasi jamblang pertama yang diperuntukkan bagi para buruh hanya ada 7 macam. Yakni dendeng laos, kebuk goreng (paru), sambel goreng, tempe goreng, tahu goreng, sayur tahu dan ikan asin panjelan (cucut).
"Karena mungkin rasanya pas dan enak akhirnya permintaan nasi jamblang pun semakin banyak. Bahkan para buruh bersedia membelinya. Akhirnya uyut saya membuka usaha nasi jamblang di dekat rumah," tutur Tien.