Sukses

Setelah Usir Kepsek, Ratusan Siswa Manado Mogok Sekolah

Seorang siswa mengatakan, aksi mogok ini dilakukan sampai Wali Kota Manado turun tangan atasi masalah sekolah itu.

Liputan6.com, Manado - Ratusan siswa SMKN 4 Manado, Senin pagi ini mogok sekolah. Aksi ini adalah lanjutan dari protes mereka kepada kepala sekolah karena diduga melakukan penyelewengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Sekolah pun sepi dan hanya ada beberapa guru dan staf tata usaha yang tetap bekerja di sekolah itu. Tak ada guru yang berada di kelas, karena puluhan ruangan itu kosong melompong.

"Yah, semua siswa tidak sekolah. Mereka protes dengan kepemimpinan kepala sekolah Jeane Sanger. Kami mau mengajar bagaimana, jika tak ada satupun siswa di sekolah ini," ujar Mieke Rotty, Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas di Sekolah SMKN 4 Manado, Senin (11/1/2015).

Mieke mengatakan, aksi mogok sekolah ini sebagai lanjutan dari demo siswa pekan lalu yang mengusir kepala sekolah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan. Namun pihak Dinas tetap memaksakan Jeane kembali ke sekolah ini. Itu yang memicu aksi protes para siswa," ungkap Mieke.

Ratusan siswa SMKN 4 Manado mengusir kepala sekolahnya sendiri

Sementara itu Sartika Lumintang, siswa kelas XII yang juga mantan Ketua OSIS SMKN 4 Manado mengatakan, pagi ini ada 249 siswa yang melakukan aksi mogok sekolah sebagai bentuk penolakan terhadap kepemimpinan Jeane.

"Ini bentuk kekecewaan kami terhadap kepala sekolah, juga Dinas Pendidikan yang tidak peka melihat persoalan ini. Banyak kasus yang dilakukan kepala sekolah, namun tetap dipertahankan," ujar Sartika.

Dia mengatakan, mogok sekolah ini akan dilakukan hingga masalah itu mendapat perhatian dari Penjabat Wali Kota Manado, Royke Roring.

Pada Kamis 7 Januari 2016 lalu, ratusan siswa SMKN 4 Manado mengusir Kepala Sekolahnya sendiri. Jeane Sanger diusir siswanya karena mereka marah dengan kebijakan Dinas Pendidikan Kota Manado yang menempatkan kembali Jeane di sekolah itu.

Padahal, Jeane sempat ditarik dari sekolah itu karena terindikasi menyalahgunakan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp 100 juta.