Sukses

Polisi Gunakan Lie Detector Periksa 2 Sepupu Dokter Rica

Polisi menemukan banyak ketidaksesuaian fakta dari penyidik di lapangan dengan kesaksian 2 orang yang diduga merekrut Rica.

Liputan6.com, Jakarta - Polisi akan menggunakan alat pendeteksi kebohongan atau lie detector terhadap 2 sepupu dokter asal Lampung Rica Tri Handayani, yang sempat hilang dan diduga bergabung dengan kelompok radikal bernama Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

"Mungkin tim mabes segera diluncurkan dan kita akan memakai lie detector," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan di Komplek Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (12/1/2016).

Pihaknya menemukan banyak ketidaksesuaian fakta dari penyidik di lapangan dengan kesaksian 2 orang yang diduga merekrut Rica untuk mengikuti gerakan Gafatar.

"Apalagi kalau dihubungkan dengan 8 lembar surat yang ditinggalkan oleh dokter Rica," kata Anton.

Karena itulah, kepolisian belum dapat menentukan status kedua sepupu dari dokter Rica.

Saat ini 2 sepupu dari dokter Rica itu masih dalam pemeriksaan intensif Polda Yogyakarta.

"Sampai saat ini kita belum bisa menentukan status yang bersangkutan (2 sepupu dokter Rica). Keterangannya masih berubah-ubah sehingga banyak yang kami ragukan," ujar Anton.

Dokter Rica Sering Melamun

Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Charliyan mengatakan, usai ditemukan di Pangkalan Bun Kalimanatan Tengah, Rica Tri Handayani atau dokter Rica sering melamun dengan tatapan kosong.

"Dokter Rica kondisinya sering melamun dan kosong, sehingga perlu pendekatan psikologis lebih mendalam," kata Anton.

Kendati secara psikis Rica terlihat belum stabil, tak ditemukan tanda-tanda ia mengalami kekerasan.

"Tidak ada kekerasan, kelompok ini justru antikekerasan, bahkan di dalam salah satu surat dokter Rica ditulis kami tidak ingin berjuang seperti gerakan radikal, justru kami akan menggerakkan gerakan perdamaian dan kasih sayang," ucap Anton.