Liputan6.com, Jakarta - Pascateror Sarinah, seorang perempuan warga negara Indonesia, Dewi mendatangi kamar jenazah Rumah Sakit Polri Dokter Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis malam.
Menumpang mobil berpelat nomor kedutaan Al-jazair CD 64-01, Dewi didampingi seorang perempuan dan 2 laki-laki berkebangsaan asing.
Kepada petugas rumah sakit, Dewi menyatakan ia kehilangan suami tercintanya Amer Ouali Tahar yang berumur 70 tahun, warga Kanada keturunan Al-jazair.
"Suami saya warga negara Kanada, tetapi aslinya Al-jazair," ucap Dewi panik dan seakan tak sabar memastikan jenazah warga Kanada korban teror Sarinah yang bersemayam di Rumah Sakit Polri, Kamis (14/1/2016) malam.
Perempuan berhijab itu mendapat kabar, Kamis pagi suaminya berada di Starbucks Coffee Skyline Building, Sarinah, Thamrin, tempat serangan bom dan tembakan teroris terjadi. Kabarnya Amer bertemu seseorang untuk membahas usahanya di bidang alat bantu dengar.
"Saat itu beliau memang sedang menunggu rekan bisnisnya di sana," jelas teman Dewi yang tak sempat menyebutkan namanya.
Usai mendengar perkataan Dewi, petugas rumah sakit mengarahkan ke dalam ruang pemeriksaan ante mortem. Sejumlah pertanyaan dari awak media tak diacuhkan.
Baca Juga
Anggota tim Disaster Victim Identification (DVI) Nugroho menjelaskan, meski jenazah tersebut adalah benar suami Dewi, pihaknya akan tetap melakukan tes DNA, guna mencocokan jenazah tersebut benar suami Dewi.
"Bisa diambil dari pakaian kotor korban, sikat gigi korban. Setelah itu, kami juga akan memeriksa kelengkapan dokumen identitas korban," jelas Nugroho.
Sekitar 30 menit berlalu, Dewi dan rombongan meninggalkan kamar jenazah. Namun Dewi tetap enggan menanggapi pertanyaan awak media.
Dewi segera memasuki mobil Mercedes Benz hitam. Begitu juga dengan pihak kedutaan. Mereka pergi begitu saja tanpa menghiraukan awak media yang berusaha memberi pertanyaan.
Teror Sarinah terjadi di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta Pusat Kamis siang. Akibat teror ini 7 orang tewas dan 24 lainnya terluka.
Dari 7 orang yang tewas, 5 di antaranya adalah pelaku teror, 1 warga negara Kanada dan 1 lagi warga negara Indonesia.