Liputan6.com, Jakarta - Kabag Operasional Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo kala itu sedang bertugas di sekitar gedung Mahkamah Konstitusi, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Januari 2015 pukul 10.30 WIB. Ia bersama 5 anggotanya berpatroli mengamankan jalannya sidang sengketa pilkada.
Namun tiba-tiba handytalkie yang digenggamnya berbunyi. Suara seorang anggota melaporkan adanya serangan bom di Sarinah, Thamrin. Usai itu, dia langsung bergegas menuju tempat kejadian perkara (TKP).
Baca Juga
"Saya datang dan menerobos batas perempatan BI (Bank Indonesia) menuju TKP yang sudah ditutup anggota lantas (lalu lintas), karena informasi ada beberapa anggota lantas yang sudah ditembak," kata Susatyo di depan gerai Starbucks Coffee Skyline, Jakarta, Jumat (15/1/2016).‬
Advertisement
Susatyo berinisiatif mengambil tindakan dengan mengepung para pelaku yang diketahui berada di area Starbucks. ‪Ia pun menginstruksikan anggota Sabhara mendekat hingga jarak 10 meter dan menembaki pelaku yang diketahui bersembunyi di balik dinding gedung di depan Starbucks.
‪"Kedatangan saya ternyata membuat panik pelaku yang (menyerang) membabi buta dengan melempar bom rakitan dan tembakan," ujar mantan Kapolsek Metro Gambir ini.
Perwira Polres Metro Jakarta Pusat ini menuturkan 2 tembakan dari pistol teroris mengenai pintu kiri belakang mobilnya. Lalu menyusul ledakan dua bom lempar yang hanya berjarak 1 meter dari mobil dinas polisi yang ditumpanginya.
"Kemudian saya keluar mobil dari pintu di sisi kanan," kata dia.
‪Saat pelaku membabi buta menyerang, ia sadar bahwa dirinya menjadi target yang hendak dilumpuhkan. Ia pun sengaja memancing amarah teroris dengan kehadiran dirinya agar aparat dari sisi lainnya mendapat kesempatan untuk mendekat dan mengepung teroris.
"Sementara dari sisi kiri Starbucks, saya melihat sudah ada Karo Ops (Kombes Martuani Sormin) dan Kapolsek Menteng (AKBP Deddy Tabrani) yang akan mendekat," kata Susatyo.
Setelah melihat perwira lain sudah tiba di lokasi dan hendak menghentikan tindak tanduk penyerang, Susatyo pun mengambil langkah selanjutnya. Ia menginstruksikan 5 anggota Sabhara untuk merayap mundur hingga ke tepian pembatas jalan yang terletak di sisi seberang pos polisi.
"Sambil saya menolong anggota yang terjebak sebagai sasaran tembak karena tidak ada tempat berlindung selain mobil dinas. Karena sudah 2 kali dilempar bom dan saya khawatir lemparan berikutnya berjarak semakin dekat," Susatyo menjelaskan.
Saat anggota sudah merapat ke taman pembatas jalan, ia langsung mengemudikan mobil dinas dan menjemput anggotanya. Saat itu ia sempat melihat pelaku akan melempar 2 granat rakitan ke mobilnya. Namun belum sempat dilempar, pelaku tertembak dan granat itu meledak.
‪"Kalau mereka tidak dihadang dari depan, bisa kejadian seperti di Paris mereka bebas mencari sasaran. Karena masyarakat berada sangat dekat dengan pelaku atau TKP, termasuk melempar bom ke pejabat kepolisian atau polisi lainnya," kata Susatyo.**