Liputan6.com, Jakarta - Sejak pukul 08.00 WIB, Jamal (65) membuka lapak satainya di Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat. Ditemani sang istri, Cahyeni (40), ia menjadi saksi bagaimana riuh dan kacaunya situasi di lokasi penyerangan oleh kelompok teroris di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Januari 2016.
Jamal tidak bergerak dari lapak dagangannya saat bom meledak di Starbucks. Ia pun menjadi ikon gerakan #KamiTidakTakut yang disuarakan netizen di media sosial.
Ia mengaku saat itu tidak takut dengan teror yang terjadi karena jarak tempat bom meledak dengan lapak jualannya sekitar 200 meter. "Bawa gerobak saja susah sudah tua. Di sini saja sudah penuh orang. Keluar susah, ya sudah pasrah. Terserah, nyerahin diri saja," ujar Jamal di Jalan Haji Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (15/1/2016).
Advertisement
Hari itu, ucap Jamal, tak ada warga yang melirik satai jualannya sejak pagi. Apalagi saat penyerangan terjadi pukul 10.45 WIB. Barulah pukul 13.00 WIB, saat polisi menyatakan situasi kondusif dan kepadatan massa berangsur-angsur terurai, satai dagangan Jamal mulai dikerumuni warga.
"Baru mulai (ramai) jam 1 (siang) waktu polisi bilang aman," kata Jamal
Baca Juga
Istri Jamal, Cahyeni, yang mengaku berdagang hingga sore, mengaku kebanjiran pesanan dan meraup omzet melebihi hari biasanya akibat peristiwa serangan teroris itu.
"Kalau mau jujur, keuntungan saya dan suami kemarin Rp 700 ribu. Enggak kayak hari biasanya. Alhamdullilah bersyukur," kata Cahyeni.
Tak hanya itu, ia pun mengaku disambut meriah oleh para tetangga di kediamannya saat pulang berdagang. Jamal dan Cahyeni merupakan warga Kelurahan Jati Bunder, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Ia mengaku berdagang satai sejak tahun 1974.
‪"Wah pas datang ke rumah orang rumah teriak-teriak, 'Wah bapak terkenal, bapak ada di TV,'" kata Cahyeni.**