Liputan6.com, Jakarta - Polisi berhasil mengidentifikasi jenazah korban teror di Thamrin, Jakarta Pusat. Di antara mereka adalah jasad MA, asal Kembangan Jakarta Barat.
MA disebut-sebut sebagai salah satu terduga teroris di Thamrin. Selain dia, juga ada Sunakim alias Afis, Sugito asal Karawang, Jawa Barat, Ahmad Muhazab bin Saroni asal Indramayu, Jawa Barat dan Dian Juni Kurniadi asal Kotawaringin, Kalimantan Tengah.
Menurut penuturan istrinya, SM, tak ada tanda-tanda sang suami akan tewas dalam kejadian tersebut. Ia baru tahu suaminya tiada setelah diberi tahu oleh adiknya.
Advertisement
"Dia biasa aja. Pagi sarapan langsung jalan. Saya baru tahu tadi meninggal pas saya dari rumah sakit. Saya yakin itu suami saya. Dia pakai biru. Dari rumah enggak pakai rompi dan topi. Tapi dikasih liat tadi sama adik saya pakai topi dan rompi," kata SM saat ditemui Liputan6.com, Jakarta, Jumat (15/1/2016).
Baca Juga
MA saat itu mengenakan baju biru dan mengenakan rompi hitam. Kepalanya ditutupi topi saat itu. Dia bersama Afif menyerang polisi dengan tembakan senjata ke polisi di pospol.
Dia menuturkan kehidupan rumah tangganya berjalan harmonis. Selama menikah, ia belum pernah berpisah dalam waktu lama. Untuk menopang kebutuhan keseharian bersama 3 anak, sang suami bekerja sebagai sopir angkot.
"Setau saya narik angkot. Citraland-Garden," kata dia.
Dalam keseharian, sambung SM, suaminya memang kerap mengenakan pakaian ala tentara. Bahkan itu ia kenakan saat menarik angkot.
"Dia sering pakai seragam loreng pas narik. Dia beli. Kemarin udah digeledah. Diambil dompet, sama seragam loreng kaya tentara dan handphone," kata dia.
Meski begitu, dia menegaskan bahwa suaminya tak bisa merakit bom. "Liat aja di rumah (ada tidak?). Kemarin udah digeledah," ucap dia.
Rekan-rekannya, kata SM, pun pernah datang ke rumah. Mereka berkumpul layaknya pertemuan antarteman.
Selain berkumpul dengan teman, MA juga aktif mengikuti pengajian. Namun hal itu tidak dilakoninya setiap hari. "Seminggu sekali aja."