Sukses

Detik-detik Perwira Untung Sangaji Lumpuhkan Teroris Jakarta

Tiba-tiba Untung Sangaji mendengar bunyi tembakan. Dia pun keluar kafe dan melihat situasi kacau.

Liputan6.com, Jakarta - Sempat disebut sebagai pelaku teror lantaran terlihat tembak menembak dalam video amatir yang beredar di masyarakat, saat terjadi teror Jakarta, Ajun Komisaris Besar Polisi Untung Sangaji akhirnya muncul ke publik.

Untung ternyata bukanlah pelaku teror. Sebaliknya, dialah polisi yang menembak para teroris yang hendak melancarkan aksi bom bunuh diri dan menembak petugas di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

Berkemeja putih, untung terlihat berlari sambil mengarahkan ujung pistol FN-nya ke arah teroris yang menyimpan bom di tubuh mereka. Ada dua teroris yang dihadapinya saat itu. Salah satunya, yang membawa bom di punggungnya, berhasil ia lumpuhkan.

‎"Itu berhasil saya lumpuhkan, kalau itu sampai dia lepas picunya, pasti saya sudah almarhum. Itu kekuatannya 20 kali lebih besar dari granat. Bayangkan saja, bom yang lebih kecil saja meledak pakunya sampai mental ke lantai dua, apa lagi yang itu," ucap Untung dalam sebuah diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).

Foto pertama yang diunggah Theresia Maria. (Via: instagram.com/theresia_maria) Untung mengaku, tindakannya saat itu penuh risiko, terlebih saat baku tembak, ia dan rekannya Ipda Tamat beraksi tanpa menggunakan rompi anti peluru seperti petugas polisi lainnya. Ia mengaku saat itu hanya pasrah dan menggantungkan diri pada Yang Kuasa. ‎


"Nggak usah nanya saya berani, untuk apa jadi polisi kalau nggak berani. Untuk apa saya jadi perwira. Kalau saya tidak ambil tindakan saat itu, bodoh sekali saya. Untuk apa saya digaji masyarakat, lebih baik saya mati daripada ribuan orang yang mati," ucap dia.

Untung menjelaskan, saat teror terjadi dia tengah menjalankan tugasnya berjaga di luar ring Istana Kepresidenan. Bersama satu atasannya, Komisaris Besar Polisi Urip Widodo dan Ipda Tamat, Untung kala itu tengah ngopi-ngopi di Kafe Walnut -- tak jauh dari lokasi.
‎
"Saya minum kopi di kafe Walnut. Lagi berempat. ‎Saya ditugaskan di seputaran luar ring Istana, Sarinah, nggak boleh sampai HI (Hotel Indonesia), terlalu jauh," kata dia.‎ Tiba-tiba dia mendengar bunyi tembakan. Untung pun keluar dari kafe untuk mengecek situasi. Melihat situasi yang kacau, ia pun langsung mengambil tindakan.

 


"Yang pertama saya lihat di pos polisi. (Setelah dicek) Wah ini sih teroris, ini bukan kecelakaan. Saya sampai di sana, ada korban di bawah. Begitu lihat korban, ini bukan bom biasa ini teroris karena ada baut, besi-besi tajam, ribuan paku nancap di mana-mana," pungkas dia. ‎

Untung pun berteriak melaporkan kondisi yang dilihatnya kepada pemimpinnya. Pria yang pernah bertugas di Satgas Bom itu lalu diperintahkan mengambil inisiatif sebelum pasukan datang.  

Dia pun langsung mengincar sasarannya bersama rekannya, Ipda Tamat. Mereka merangsek ke arah Starbucks di gedung Djakarta Theater. ‎"Saya langsung perintahkan, Tamat kamu Back up saya. Saya perintahkan Tamat untuk ‎nembak kaki, saya hantam dada kanannya. Tamat dia disitu," ucap Untung. ‎

Setelah para teroris lumpuh dan memastikan situasi aman, Untung mendekati pelaku. ‎"Tangan saya ke atas lalu teriak 'minggir'. Begitu nggak gerak, saya hajar (tembak) di dada. Pas saya hajar, ternyata benar (ada bom yang lebih besar)," ujar Untung.‎

Kendati melakukan aksi yang dianggap heroik, namun Untung menolak jika keberaniannya ini dikatakan sebagai aksi heroik. Bagi Untung, hal itu sudah menjadi tugasnya. "Saya harus berani, buat apa saya digaji masyarakat kalau takut," pungkas Untung. ‎
‎