Liputan6.com, Demak - Kendati dikabarkan pernah datang ke Demak, Jawa Tengah, Bahrun Naim dalang teror di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, diyakini hanya datang sekali ke kota itu. Keyakinan itu dilandasi lantaran pria dengan nama lengkap Bahrun Naim Anggih Tamtomo itu langsung menghilang usai pinangan kepada Sri Lestari ditolak orangtuanya.
Menurut Kapolres Demak AKBP Heru Sutopo, polisi sudah mendeteksi bahwa Siti Lestari warga Dukuh Cangkring, Desa Mulyorejo, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak juga ikut menghilang.
"Memang (Bahrun Naim) pernah ke Demak. Ke keluarga Siti untuk meminang Siti, tapi dari pihak keluarga tidak mengizinkan," ucap Kapolres Demak AKBP Heru Sutopo, Sabtu (16/1/2016).
Heru menambahkan, penolakan dari orangtua Siti tidak menghentikan niat Bahrun Naim. Pria yang pernah aktif di sebuah ormas/partai Islam tersebut tetap membawa Siti ke Solo, Jawa Tengah, kemudian tak lagi memberi kabar.
"Bahrun Naim itu datang tahun 2014 dan Siti kabur bulan Februari 2015," beber Heru.
Baca Juga
Hasil penyelidikan intelijen polisi menyimpulkan, Siti sudah bergabung dengan kelompok Bahrun Naim sejak saat itu. Dari deteksi yang dilakukan, Bahrun juga sudah tidak pernah kembali lagi ke Demak.
"Dari akhir 2014, hingga saat ini, Bahrun Naim sendiri belum pernah kembali datang ke wilayah Demak," ujar Kapolres.
Dalam catatan Polres Demak, menurut Heru, paspor yang dibuat Bahrun Naim dan Siti dikeluarkan pihak Imigrasi Surakarta tidak dalam waktu bersamaan. Namun terpaut 5 hari pada Desember 2014.
"Tapi belum tentu paspor itu dipakai, bisa jadi sudah buat ternyata masih di sini. Jadi belum bisa dipastikan paspor itu untuk pergi ke mana," kata Heru.
Kapolres menegaskan, polisi sekarang lebih ketat mengantisipasi teror setelah peristiwa di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, kemarin. Apalagi salah satu warganya, yaitu Siti diduga kuat bergabung kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Patroli skala besar pun dilakukan untuk mempersempit gerakan teroris agar tidak sampai ke Demak.
Bukan Teroris Baru
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Tito Karnavian menyatakan, Muhammad Bahrun Naim bukanlah teroris baru. Ia pernah ditangkap pada 2011 dan ditahan atas kasus kepemilikan peluru dan terkait jaringan teror di Jawa Tengah. Dia diganjar 2,5 tahun penjara. Pada Juni 2012, dia menghirup udara bebas.
Setelah bebas, pada 2014 Bahrun berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS di Raqqa, pusat pemerintahan ISIS. Walau saat ini menetap di Suriah, Bahrun Naim mempunyai pengaruh yang cukup besar di sebagian wilayah Jawa Tengah dan pernah bergabung dengan jaringan teroris Santoso di Poso.
"Di Jawa dan Sulawesi cukup berpengaruh, ia bagian dari jaringan Poso," ungkap Tito.
Bahrun Naim, lanjut Tito, merupakan tokoh terpandang di kelompok ISIS. Sebagai pimpinan di wilayah Asia Tenggara, ia ingin mendirikan cabang ISIS di Indonesia yang dinamakan Khatibah Nusantara. Dengan didirikannya Khatibah Nusantara, dapat membuat namanya semakin bersinar di kalangan ISIS, khususnya di wilayah Asia Tenggara.