Sukses

Cerita Ipda Tamat, 'Tamatkan' 2 Pelaku Teror Jakarta

Tamat mengaku tak menyangka aksi baku tembak terjadi saat dirinya tengah bersantai di sebuah kedai kopi di kawasan Sarinah.

Liputan6.com, Jakarta - Selain AKBP Untung Sangaji, ada 1 nama lain yang juga punya andil besar melumpuhkan pelaku teror bom Jakarta di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Kamis 14 Januari lalu. 

Ia adalah Ipda Tamat Suryani, anggota ‎Polairud dan diperbantukan di Densus 88 sejak 3 bulan lalu‎. Dia turut baku tembak bersama AKBP Untung dan Kombes Urip Widodo dengan 2 pelaku teror saat itu.

Tamat mengaku tidak menyangka aksi baku tembak terjadi saat dirinya tengah bersantai di sebuah kedai kopi di kawasan Sarinah.

Duarrr!!!... Suara ledakan tiba-tiba mengagetkan dirinya yang sedang bersantai dengan 2 seniornya di kepolisian, AKBP Untung sangaji dan Kombes Urip Widodo.

Tamat, Untung dan Urip pun segera bergerak, berlari ke arah suara ledakan. Tak disangka suara itu ternyata ledakan bom di pos polisi yang berada tepat di persimpangan Sarinah. Kondisi pos polisi tersebut berantakan dan tampak beberapa orang terbujur dengan luka bakar cukup serius.


Ia bersama AKBP Untung sempat berupaya menolong korban di pos polisi tersebut. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi suara tembakan. Sumber suara ternyata berasal dari 2 orang berbaju kaos yang ternyata adalah pelaku teror.

Aksi baku tembak pun terjadi. Pelaku menurut Tamat, saat itu terlihat membawa senjata jenis pistol dan berjalan ke arah kedai kopi Starbucks.
‎

Ipda Tamat Suryani saat menunjukkan senjata yang digunakan untuk melumpuhan pelaku teror Sarinah (14/1) lalu, Jakarta, Sabtu (16/1/2016). Tamat bersama Untung berhasil melumpuhkan pelaku teror Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)


"Karena‎ situasi yang harus mewajibkan seperti itu, situasinya ada sipil bersenjata tampak ke arah massa dan menembak ke berbagai penjuru. Setelah menembak massa berhamburan, pelaku lari ke arah halaman Starbucks," ujar Tamat di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/1/2016).
‎
2 Pelaku tersebut, salah satunya bertopi hitam, berkaus hitam, bercelana jeans dan menggendong ransel yang disebut oleh AKBP Untung membawa bom dengan ledak besar. Belakangan diketahui, sosok tersebut bernama Afif.

"Ia membawa bom di dalam ransel itu," ucap dia.

Tembakan Untung dan Tamat ke arah 2 pelaku teror mendapat balasan berupa tembakan dan lemparan granat. Dalam kondisi itu, ia pasrah dan berdoa agar dirinya dan AKBP Untung tidak terkena tembakan.

"Ya tentu saya saat itu berdoa memohon rida Allah," kata dia. ‎
‎
Mereka pun kemudian berlindung di balik sebuah mobil. Mendapatkan serangan, Untung dan Tamat menyusun strategi. AKBP Untung menjadi komando dalam 'operasi' tersebut. Ia meminta Tamat menembakkan ke arah kaki dan memberi tembakan perlindungan. Sementara Untung menyasar ke arah dada dan tangan teroris.
‎
"Dalam ‎kondisi seperti itu, saya harus punya feeling untuk bertindak tepat dan cepat untuk melumpuhkan itu," kata dia.

Setelah menembak beberapa kali, 2 pelaku itu diketahui tewas. Ia bersama AKBP Untung pun berupaya mendekat ke arah kedua pelaku dan memastikan bahwa bom yang dibawa 2 pelaku tidak ada yang meledak.

Ia pun bersyukur dapat menjalankan tugas dengan baik. Menurut Tamat, dalam situasi apa pun dirinya dituntut harus siap berhadapan, termasuk dalam situasi membahayakan seperti tragedi teror Jakarta.

"Ya tentu itu panggilan sebagai perwira, tentunya kita maju juga dengan memohon rida Allah," pungkas perwira yang pernah lama ‎bertugas di satuan reserse kriminal itu.