Sukses

Jejak Bahrun Naim di Teror Jakarta

Genderang perang yang selama ini ditabuh kelompok ISIS terhadap Indonesia itu kini terbukti.

Liputan6.com, Jakarta - Teror yang melanda Thamrin, Jakarta Pusat, mengagetkan warga kota Ibu Kota. Semua pihak tak menyangka, genderang perang yang selama ini ditabuh kelompok ISIS terhadap Indonesia itu kini terbukti.

Sejumlah orang bersenjata menyerang pos polisi Thamrin dan Starbucks Cofffe pada Kamis 14 Januari 2016. Tak hanya itu, mereka pun terlibat baku tempat dengan petugas keamanan. Sebanyak 8 orang tewas dalam kejadian tersebut sementara puluhan lainnya terluka.

"Upaya pengejaran dari tadi malam di beberapa kota sudah dilakukan. Kita tetap melakukan pengejaran terhadap siapapun yang terkait atau terlibat di dalam kasus teror ini," ujar Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Jumat 15 Januari 2016.

Badrodin dengan lantang menyebutkan nama Bahrun Naim sebagai orang yang berada di balik teror Jakarta. Dia diduga sebagai penggerak ISIS di Indonesia.

"Ada kaitannya dengan Bahrun Naim. Jaringan Bahrun Naim itu ISIS. Begitu pula dengan jaringan Poso, itu ISIS," tegas Badrodin.

Dia menegaskan, jajarannya tengah menyelidiki Bahrun Naim lebih dalam. "Seberapa kuat upaya mereka mempengaruhi dan pendanaan," pungkas Badrodin.

Bahrun Naim, warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS diduga pelaku bom Sarinah | Via: istimewa

Muhammad Bahrun Naim alias Anggih Tamtomo alias Abu Rayan adalah residivis kasus kepemilikan ribuan amunisi senjata api berbagai jenis pada 2010.

Juni 2011, warga Pasar Kliwon, Solo, ini diganjar 2,5 tahun penjara. Juni 2012 dia menghirup udara bebas.

Lama tidak terdengar aktivitasnya, aparat kepolisian mendeteksi keberadaan Bahrun Naim di Suriah. Dia bergabung dalam upaya pemberontakan yang dilakukan kelompok ISIS.

Dia juga dikabarkan membawa 'kabur' seorang mahasiswi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Siti Lestari (23) ke Suriah.

Teror Obama 

Kapolri Jenderal Badrodin Haiti juga mengungkapkan, Bahrun Naim pernah ditangkap saat melancarkan aksi teror pada 2010. Kala itu, ia berencana meneror Obama yang akan datang ke Jakarta.

"Bahrun Naim itu pernah ditangkap saat Obama ingin datang ke Jakarta," kata Badrodin di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Jumat 15 Januari 2016.

Bahrun Naim, dalang di balik bom Sarinah merupakan alumnus Ilmu Komputer MIPA di Solo, Jawa Tengah.

Namun lantaran ada insiden pencemaran minyak di Teluk Meksiko, Obama akhirnya membatalkan kunjungannya tersebut.

Sementara Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menilai, Bahrun bukan pemain lama dalam jejaring terorisme. Pascabebas dari penjara, Bahrun disinyalir berada di Suriah bergabung dengan ISIS.

"Dia ingin membentuk khatibah nusantara, yang meliputi Asia Tenggara. Sehingga dia ingin rancang serangan di Indonesia, sehingga dikatakan pemimpin. Untuk dapatkan kredit sebagai pemimpin di mata jaringan ISIS," kata Tito di Istana Negara, Jakarta, Kamis 14 Januari 2015.

Tito menjelaskan kantung ISIS di Asia Tenggara terdapat di sejumlah negara seperti Indonesia, Filipina, dan Thailand. Sampai saat ini, kelompok ISIS yang telah mendeklarasikan diri yaitu di wilayah Filipina Selatan.

Singkat kata, terdapat persaingan kepemimpinan dalam merebut komando ISIS di Asia Tenggara. Persaingan itu disebut-sebut bukan dengan kelompok Filipina, melainkan dengan Aman Abdurrahman yang saat ini berada di Lapas Nusakambangan, Cilacap.

"Dia ingin jadi leader kelompok ISIS di Asia Tenggara, sehingga terjadi upaya persaingan leadership. Di Filipina sudah di-declare Bahrun. Oleh karena ada persaingan antara leader di Asia Tenggara, Bahrun Naim, mereka merancang serangan itu," ucap Tito.

Bahrun Naim diketahui orang Indonesia pertama yang bergabung dengan ISIS. Dia diduga menjadi pelaku bom Sarinah. | via: istimewa

Pengamat Teroris Al Chaidar mengungkapkan, Bahrun Naim dulunya adalah anggota Jamaah Islamiah yang kemudian bergabung dengan ISIS, setelah kelompoknya habis diberantas polisi.

Bahrun Naim, kata dia, aktif memberikan seruan agar mantan kelompok Jamaah Islamiah dan kelompok radikal lainnya bergabung ke Suriah. Serangan di Jakarta ini adalah aksi perdana Bahrun Naim.

"Dia baru sekali (aksi teror), dulu dia militan amunisi, kemudian pergi ke Suriah," ujar dia.

Dalam aksi teror itu, dialah yang memberikan perintah langsung dari Suriah kepada Abu Musa dan lainnya untuk melakukan aksi teror di Indonesia.

"Aksi teror itu juga untuk memberikan pesan kepada polisi agar tidak berlebihan melakukan penangkapan terhadap anggotanya," ujar Al Chaidar saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Jumat 15 Januari 2016.

Selain itu, ujar Chaidar, aksi teror ini juga dilakukan untuk ujuk gigi kepada kelompok ISIS lainnya bahwa dialah yang pantas memimpin ISIS di Asia Tenggara.

"Persaingan ISIS di Asia Tenggara juga. Siapa yang akan memimpin. Dia harus memperlihatkan (kekuatan) agar dia dipilih jadi pimpinan regional di Asia Tenggara," ujar Al Chaidar.

Keluarga Bicara

Keluarga terduga otak teror bom Jakarta Bahrun Naim, mengaku sudah lama tidak mendapatkan kabar keberadaan Bahrun yang disebut polisi sedang berada di Suriah. Terakhir, Bahrun berkomunikasi dengan orangtuanya di Solo melalu sosial media (sosmed).

Keluarga Bahrun Naim menyerahkan kasus Bahrun Naim kepada polisi. (Liputan6.com/Reza Kuncoro)

"Sudah lama tidak ada komunikasi. Untuk terakhirnya kapan, saya sudah lupa. Yang pasti hubungan terakhir itu melalui sosmed," kata Adik kandung Bahrun Naim, Dahlan Zaim di Solo, Jawa Tengah, Sabtu 16 Januari 2016.

Dahlan Zaim mengungkapkan, pihak keluarga tidak mengetahui benar tidaknya dia terlibat dalam kasus serangan teror di Thamrin. Keluarga menyerahkan upaya hukum untuk membuktikan keterlibatan Bahrun tersebut.

"‎Kalau secara subjektif sebagai keluarga, kakak saya itu orang baik. Dan tuduhan itu kan belum bisa dibuktikan secara hukum kan, biarlah hukum yang membuktikannya," kata dia.

Dahlan meminta semua pihak untuk tidak mengaitkan keluarganya dengan aksi sang kakak. Karena tindakan Bahrun Naim tersebut merupakan tanggung jawab yang bersangkutan.

"Terus terang pihak keluarga tidak tahu apa-apa karena apa yang diputuskan Mas BN merupakan keputusannya sendiri," ujar dia.

Dahlan menilai isu-isu yang beredar pascaperistiwa tersebut seperti bergulir secara liar, sehingga itu merugikan pihak keluarga. Akibatnya, usaha keluarganya terpaksa ditutup.

"Efek samping dari berita itu yang pertama terkena dampak jelas keluarga. Bahkan, toko makanan olahan beku yang dikelola bapak dan ibu jadi tutup. Nama pribadi saya ikut masuk pula dalam isu-isu yang bergulir liar itu. Pihak kampus dan sekolah Mas BN ikut terkait juga," ucap Dahlan.