Liputan6.com, Jakarta - Rahman (37) mengatakan tidak ada yang aneh dari perilaku kakaknya, terduga teroris Muhammad Ali, selama ini. Ali dikenal sosok yang religius.
Keluarga tidak menyangka Ali terlibat aksi teror dan penembakan di Jakarta pada Kamis 14 Januari 2016 siang.
Dia memastikan keluarga tidak pernah melihat bahan baku untuk bom di rumahnya, di kawasan Meruya, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Mereka juga tidak mengetahui adanya bom rakitan.
Pernyataan itu untuk membantah keterangan polisi yang menyebutkan Ali diduga kuat merakit bom bersama terduga teroris lain, Dian.
"Tidak pernah dia merakit bom di rumah. Dia ibadah ke masjid, kami juga tidak menyangka lah," kata Rahman di RS Polri, Jakarta, Senin (18/1/2016).
Menurut dia, saat ini, keluarga hanya tinggal menunggu hasil pencocokan DNA terhadap jasad Ali. Pemakaman baru akan dibicarakan setelah jenazah Ali bisa dibawa pulang.
"Kami sudah kenali jasad Ali, hanya hasil DNA belum keluar," jelas Rahman.
Baca Juga
Ketua RT tempat tinggal Ali, Effendi ikut berkomentar soal dugaan perakitan bom di rumah warganya. Sepengetahuan dia, tidak ada gelagat mencurigakan dari Ali.
Terduga teroris itu pendiam dan jarang bersosialisasi. Ali diketahui hanya sebagai sopir angkot dan kadang bekerja serabutan seperti satpam. Mereka tinggal di Meruya, Jakarta Barat sejak 15 tahun silam.
"Ali warga saya, dia tinggal di rumahnya bersama istri dan 3 anaknya. Mereka pendiam dan tidak banyak bersosialisasi," kata Effendi.
Hingga siang ini, tinggal 5 jenazah yang masih berada di RS Polri. Sementara, 2 jenazah yang sudah dibawa pulang ialah Rico Hermawan (21) pada Sabtu 16 Januari 2016 dan Sugito yang dipulangkan pada sehari kemudian.
Adapun 5 jasad yang masih belum dipulangkan ialah 4 terduga pelaku dan satu warga Kanada bernama Amir Aouli Taher.