Liputan6.com, Jakarta - Sejak 6 Januari lalu, kematian Mirna belum juga terungkap. Penyidik harus putar otak mengungkap kematian perempuan 27 tahun ini.
Es kopi Vietnam yang diseruput perempuan bernama lengkap Wayan Mirna Salihin ini disebut-sebut mengandung 15 gram sianida. Racun itulah yang diduga menyebabkan pengantin baru ini tewas.
Mirna tidak sendiri saat menyeruput kopi di Olivier Cafe, West Mall Grand Indonesia, Jakarta Pusat, 6 Januari 2016. Ia ditemani 2 rekannya, Jessica Kumala Wongso dan Hanny.
Jessica disebut-sebut teman Mirna yang memesan kopi dan membayar minuman. Dia datang 40 menit lebih awal. Setelah itu, Mirna dan Hanny menyusul sekitar pukul 17.25 WIB.
Sejak reka ulang kematian Mirna, Jessica pun menjadi saksi. Namun dia irit bicara kepada penyidik Polda Metro Jaya yang menangani kasus ini.
Jessica juga tidak hadir ke Mapolda Metro Jaya untuk dimintai keterangan sebagai saksi kasus Mirna pada Selasa pagi. Perempuan 27 tahun itu diduga depresi.
Â
Pada pemeriksaan kali ini, polisi akan menginterogasi ulang Jessica dengan metode penyidikan yang tak bisa dipublikasikan. Polisi mencari tahu terkait kegiatannya selama berada di Olivier Kafe hingga detik-detik meninggalnya Mirna.
"Kami dalami untuk kesaksiannya. Kami ulang dan kami lanjutkan ada metode tertentu yang hari ini kami lakukan," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.
Pekan lalu, sebelum panggilan pemeriksaan, penyidik juga menggeledah rumah Jessica. Polisi menemukan dan menyita beberapa barang yang diduga memiliki korelasi dengan meninggalnya Mirna di kediaman Jessica.
Kini Jessica 'bersuara' dalam kasus kematian Mirna. Melalui pengacaranya, Yudi Wibowo, dia membeberkan kronologi ngopi 'maut'.
Awalnya, Jessica yang berinisiatif mengajak Mirna ngopi. Ia ingin membalas kebaikan Mirna yang suka mentraktir Jessica selama di Australia.
Lewat jejaring sosial Whatsapp, Jessica menanyakan kepada Mirna lokasi pertemuan. Mirna membalas dan menyebutkan Olivier Kafe. Melalui jejaring sosial itu pula Mirna meminta kopi Vietnam.
Sesampainya di kafe, Jessica memesan meja kepada pihak restoran. Ia sempat berjalan-jalan di mal hingga pukul 16.00 atau 17.00 WIB. Setelah waktu janjian mereka segera tiba, Jessica pergi ke toko membeli sabun, lalu turun ke Olivier Cafe.
Selanjutnya, Jessica memesan minuman untuk dirinya, Hanny, dan Mirna ke meja bartender dan langsung membayar tagihan minuman.
"Seperti orang pesen fast food itu, lho. Dibayar, terus disajikan,‬" kata Yudi di Mapolda Metro Jaya, Selasa 19 Januari 2016.
Jessica sempat menunggu 15 sampai 20 menit, hingga akhirnya Mirna dan Hanny tiba. Mirna lalu menyeruput es kopi Vietnam itu dan komplain.
Hanny Menyeruput
Mirna spontan menyebut, kopinya tidak enak dan menyuruh Hanny dan Jessica menciumnya.
"Hanny enggak percaya, Hanny cium terus minum seteguk. Setelah Hanny mencicipi, mereka mengobrol-obrol dan masih sempat memesan makanan lain," kata dia.
"Tahu-tahu Mirna menyuruh Jessica minta air, tenggorokannya kering. Airnya belum datang Mirna ambruk,"Â kata Yudi.
‪Berdasarkan cerita versinya itu, Yudi pun ragu kopi yang diminum Mirna tersebut mengandung sianida.
"Mengapa hanya Mirna yang keracunan, sementara Hanny yang meminumnya baik-baik saja? Berarti kan bukan kopinya. Kalau ini sianida, seharusnya ketika dia minum mulutnya terbakar atau melepuh," ucap Yudi.
Mengurung Diri
Advertisement
Yudi menuturkan kliennya yang juga masih saudara sepupu itu kini mengalami depresi. Jessica syok melihat pemberitaan tentang dirinya di media massa.
Pemberitaan yang beredar seolah-olah menyudutkan dirinya sebagai pembunuh Mirna, teman semasa kuliah di Sydney, Australia.
Saking depresinya, Jessica sampai mengurung diri dan enggan menonton berita di televisi.
"Dia itu depresi karena pemberitaan di media seolah-olah dia (pembunuh Mirna). Dia stres, enggak berani keluar kamar. Enggak berani lihat TV," kata Yudi.
"Dia mikir, 'Kok pulang ke Indonesia malah gini?' Dia baru pulang (dari Australia) 5 Desember kemarin," katanya.
Saksi Spesial
Jessica disebut-sebut sebagai saksi kunci dalam kasus kematian Mirna. Karena itu, kepolisian menilai Jessica saksi spesial.
"Dia (Jessica) adalah saksi spesial, khusus," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Anton Charliyan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa, 19 Januari 2016.
Ada beberapa hal yang membuat Jessica begitu spesial di mata polisi. Jessica dinilai sangat paham dengan lokasi kejadian.
Jessica juga disebut-sebut orang pertama yang datang ke restoran dibanding rekan lainnya, termasuk yang memesan es kopi Vietnam.
Meski alur kematian Mirna begitu jelas, polisi belum bisa menetapkan tersangka dalam kasus ini. Bukti-bukti yang sudah dikumpulkan tetap harus diketahui keterkaitannya.
"Ada alat bukti, tapi itu belum sinkron. Kita tinggal cari motifnya. Ini yang belum kami temukan. Dalam penyelidikan dan penyidikan melalui scientific identification, kami harus 'firm'. Jangan sampai pelaku lepas karena kurang alat bukti," pungkas Anton.