Sukses

Tak Bisa Tumpas Narkoba, Ahok Ancam RT/RW Diganti Ibu PKK

Pejabat terdekat dengan warga ini memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan masyarakatnya.

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama prihatin dengan meninggalnya Bripka Taufik Hidayat setelah menggerebek bandar narkoba di Jalan Slamet Riyadi RT 12 RW 04 Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur pada Senin 18 Januari 2016. Dia melompat ke Sungai Ciliwung karena dikeroyok 15 orang yang melindungi bandar narkoba dengan membawa senjata tajam.

Pria yang kerap disapa Ahok itu mengatakan, seharusnya ketua RT dan RW mengenal wilayahnya masing-masing. Jangan sampai tidak peduli dengan kondisi warganya.

"Itu balik lagi ke lurahnya, saya sudah kasih pergub lurah boleh memberhentikan RT/RW yang tidak peduli warganya," ujar Ahok usai membuka Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Villa Anggrek, Bintaro, Jakarta Selatan, Rabu (20/1/2016).

Ahok mengatakan, peran RT/RW saat ini sangat jauh berbeda dengan dulu. Kini pejabat terdekat dengan warga ini memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan warga, termasuk penanggulangan narkoba dan terorisme.

"Akan lebih baik menunjuk ibu PKK, posyandu, untuk memperhatikan RPTRA, yang menjadi ketua RT atau ketua RW. Ini akan jauh lebih baik, seperti itu," imbuh dia.

Nama kampung narkoba memang sempat santer terdengar kala kawasan Kampung Ambon, Jakarta Barat masih eksis. Setelah dilakukan operasi besar-besaran, peredaran narkoba mulai hilang dari kampung itu.

Polisi mengatakan, pengeroyok tim Satres Narkoba Polres Metro Jakarta Pusat beserta informannya saat menggerebek bandar narkoba di Berlan, Matraman, Jakarta Timur pada Senin kemarin bukanlah warga sekitar. Mereka adalah orang-orang yang bertugas melindungi bisnis gelap peredaran narkotik milik Oma Yola (51), seorang pengedar narkoba di wilayah tersebut.

"Kami melihat orang-orang yang menjaga karena memang daerah situ rawan narkoba ya. Orang-orang yang semacam melindungi pelaku itu masuk ke rumah (Oma Yola), sehingga anggota Polres dikeroyok dengan pukulan dan sajam (senjata tajam)," kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti di Mapolda Metro Jaya, Jakarta.

Karena dikepung sekelompok massa yang berjumlah 15 orang bersenjata tajam seperti parang dan golok, akhirnya 2 anggota kepolisian bersama 2 informannya memilih terjun ke Sungai Ciliwung yang berada di belakang rumah Oma Yola.