Liputan6.com, Indramayu - Hancur. Kata ini menggambarkan suasana hati Maemunah (52), ibunda Ahmad Muhazan alias Azan. Dia harus menerima kenyataan putranya telah terbujur kaku di RS Polri Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur dan terlibat teror Jakarta di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin.
Dia pun meminta maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia atas perbuatan Azan. Salah seorang warga Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu itu mengaku sangat menyesalkan perbuatan anaknya.
Oleh karena itu, atas nama keluarga, dia memohon ampun kepada warga Kedungwungu, pemerintah, korban teror Jakarta dan bangsa Indonesia.
"Saya sangat tertekan dan mohon maaf atas perbuatan anak saya," tutur Maemunah, di rumahnya, Indramayu, Rabu (20/1/2016).
Dia didampingi kerabatnya, Miftah Hariri, menilai Azan merupakan korban pengaruh ajaran radikal, sehingga menjadi teroris. "Saya juga sangat menyesal. Azan juga korban dari gerakan radikal yang terus mempengaruhi sehingga Azan bisa nekat seperti itu. Andai saya tahu pasti sudah saya cegah," tutur Maemunah.
Dia tidak mengira sama sekali Azan bisa berubah dan masuk kelompok radikal. Selama ini, Azan selalu berkelakuan baik dan sangat menyayangi kedua orangtuanya.
"Semua warga tahunya anak saya berjualan kue kebab. Kalau saja sejak awal tahu, pasti sudah dicegah. Kalau pulang ke rumah, Azan tidak pernah bercerita apapun, apalagi soal gerakan radikal ISIS," kata Maemunah.
Baca Juga
4 Petisi Warga
Sementara, jenazah Azan yang sempat ditolak warga, akhirnya boleh dimakamkan di desa tersebut. Ini berdasarkan hasil musyawarah dan pembahasan yang digelar aparat desa serta tokoh masyarakat di Balai Desa Kedungwungu, Selasa 19 Januari 2016 sore.
Meski diwarnai aksi walk out para ulama, warga pun setuju menguburkan jenazah Azan dimakamkan di desa tersebut. Persetujuan tersebut diiringi dengan 4 petisi.
Pertama, warga Kedungwungu memperbolehkan jenazah Azan untuk dikuburkan di desanya dengan alasan kemanusiaan. Kedua, warga mengutuk keras tindakan yang dilakukan Azan.
Petisi ketiga, warga Kedungwungu meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat luas akibat ulah salah satu warganya yang terlibat aksi terorisme. Terlebih perbuatannya menimbulkan korban jiwa dan luka-luka.
Keempat, masyarakat Kedungwungu membantu pemerintah daerah dan aparat kepolisian secara aktif dalam menangkal ajaran radikalisme di desa setempat.
"Kami menerima jenazah Azan tetapi mengutuk keras perbuatannya. Warga Kedungwungu juga sepakat menolak keras paham radikal dan akan aktif mencegah masuknya pengaruh ISIS," tutur Mustofa, salah satu wakil masyarakat.
Advertisement