Liputan6.com, Jakarta - Di depan rumah sederhananya, Maemunah duduk bersandar. Wajahnya tertunduk, sembab. Sementara kedua tangannya memegang ijazah sang putra.
Perempuan 52 tahun itu nampak lelah dan hancur. Peristiwa yang terjadi sepekan lalu adalah ujian bertubi-tubi baginya. Putranya, Ahmad Muhazan pergi dengan tragis, bunuh diri dengan bom dalam teror di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat pada 14 Januari 2016 lalu.
Kehilangan putra sudah cukup membuat hati Maemunah meratap. Apalagi ditambah dengan kenyatanyaan pahit, putra tersayangnya disebut teroris.
Kini warga kampungnya di Desa Kedungwungu, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat bahkan sempat menolak jenazah sang putra.
Advertisement
Lelaki kelahiran Indramayu 5 Juli 1990 itu disebut sebagai pelaku yang menembakkan pistol dari jarak dekat ke anggota polisi hingga tewas dan melakukan pengeboman bunuh diri di dalam Kafe Starbucks, Thamrin, Jakarta.
Azan putranya diduga kuat sebagai pelaku bom bunuh diri di dalam Starbucks, karena ditemukan luka khas di perut hingga dada akibat pusat ledakan.
Maemunah hanya bisa meminta maaf. Atas nama keluarga, dia memohon ampun kepada warga Kedungwungu, pemerintah, korban teror Jakarta, dan bangsa Indonesia.
"Saya sangat tertekan dan mohon maaf atas perbuatan anak saya. Saya juga sangat menyesal," kata Maemunah lirih di rumahnya, Indramayu, pada Rabu 20 Januari 2016.
"Kalau saja sejak awal tahu, pasti sudah dicegah."
Pesan Pria Asing
Sementara itu Frank Feulner angkat kaki dari RS Abdi Waluyo, Jakarta. Sejumlah titik di tubuhnya masih terbalut perban.
Sudah 1 pekan dia dirawat akibat luka-luka yang dideritanya. Frank bahkan kehilangan rambut dan matanya mengalami luka serius.
Frank adalah satu di antara 27 korban luka-luka akibat bom dan aksi tembak-menembak di kawasan Sarinah, Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis 14 Januari lalu. Saat kejadian, Frank tengah menikmati kopi bersama temannya asal Belanda, Johan Kieft.
Namun teror itu tak cukup horor untuk membulatkan tekadnya hengkang dari Indonesia. Ia tidak takut akan aksi teror. Bahkan ia meminta agar izin tinggalnya di Indonesia tetap diperpanjang.
Dia malah berpesan kepada warga Indonesia untuk tidak takut dengan terorisme.
"Saya tidak trauma. Saya tidak ingin pindah dari Indonesia, saya tidak takut. Saya berharap mendapat izin dari pemerintah untuk tetap tinggal di sini," ujar Frank Feulner, pada Kamis pagi 21 Januari 2016.
Tak cuma Frank yang membaik kondisinya. 1 dari 2 polisi korban teror Jakarta yang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit berbeda, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) juga membaik.
Anggota polisi tersebut yakni, Aiptu Budiono dan Aiptu Deni. Seperti disampaikan Kepala Bidang Dokter dan Kesehatan (Kabiddokes) Polda Metro Jaya Kombes Musyafak.
Dia menjelaskan, Aiptu Budiono dirawat di RSPAD Gatot Soebroto. Ia mengalami 2 luka tembak di paru-paru kanan dan perut.
Sedangkan, Aiptu Deni dirawat di RSCM. Ia masih kritis karena mengalami luka cukup berat akibat terkena ledakan bom. "1 Orang di RSPAD dan 1 lagi di RSCM. Mereka masih di ruang ICU," tutur Musyafak.
Dari 35 korban teror Jakarta, 7 di antaranya meninggal di tempat, 1 di Rumah Sakit Abdi Waluyo, dan 27 lainnya mengalami luka.
Di antara para korban luka, 20 di antaranya sudah pulang dan menjalani rawat jalan. Sementara 7 sisanya masih menjalani perawatan di 2 rumah sakit.
Para korban teror Jakarta yang diperbolehkan pulang ini akan didampingi tim dari Polri untuk memulihkan fisik dan psikologisnya. Satu regu Tim Penanganan Ledakan Bom Thamrin itu terdiri dari 3 tenaga medis.
"Ada psikolog, dokter, dan psikiater," ujar Musyafak.
Psikolog, kata dia, akan memantau perkembangan kesehatan jiwa korban. Sementara psikiater untuk membantu penyembuhan korban dari trauma, dan dokter untuk menolong pemulihan kesehatan fisik mereka.
Semua biaya pengobatan para korban teror Jakarta ini ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Selain itu, para korban mendapat santunan dari Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Siapa Dalang?
Kepolisian terus mendalami dan menelusuri jaringan teroris yang terkait dengan serangan bom Thamrin pada 14 Januari 2016. Termasuk mengejar Muhammad Bahrunnaim, pria yang diduga dalang di balik teror tersebut.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian mengatakan, baik secara langsung atau pun tidak langsung hubungan antara teroris bom Thamrin dengan Bahrunnaim cukup erat. Bahrun disebut sebagai penghubung antar-elite ISIS dengan jaringan kecil di Indonesia.
Bahrunnaim merupakan residivis kasus terorisme yang kini berada di Suriah.
Â
Namun beberapa hari lalu, dalam sebuah rekaman di situs berbagi Soundcloud, suara yang diduga Bahrunnaim membantah telah berkomunikasi dengan para pelaku teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat itu.
"Lha, wong saya itu jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong apa?" bunyi rekaman itu.
Keluarga Bahrunnaim menduga kuat, suara rekaman itu merupakan suara Bahrunnaim. Adik kandung Bahrunnaim, Dahlan Zaim mengungkapkan, berdasarkan suara rekaman tersebut memang sangat lekat dengan aksen-aksen kakaknya, yang sedikit bergurau.
"Mas BN itu kalau ngomong memang ada aksen slengekan di belakangnya. Saya yakin itu mas BN. 99 Persen yakin," ucap Dahlan di Solo, Jawa Tengah pada Selasa 19 Januari 2016.
"Kita juga dapat informasi dari teman-teman mas BN (Bahrunnaim) yang telah mendengarkan rekaman suara, bahwa itu memang suara mas BN."
Dahlan meminta supaya kakak kandungnya tersebut bisa mengklarifikasi lewat suara rekaman itu. Keluarga pun meminta supaya Bahrunnaim mendapatkan perlakuan hukum yang adil, jika memberikan klarifikasi.
"Kami sangat memahami posisi Mas BN saat ini, untuk itu kami meminta perlakuan hukum yang adil jika Mas BN melakukan klarifikasi," tutur Dahlan.
Mendengar bantahan dari Bahrun, kepolisian pun berharap agar pria itu datang sendiri kepada polisi untuk memberikan klarifikasi secara langsung.
Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Charliyan menyatakan, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri telah mengantongi sejumlah bukti keterkaitan Bahrunnaim atas teror tersebut.
"Saya kira tidak masalah kalau yang bersangkutan merasa tidak bersalah, datang saja di sini," kata Anton Charliyan.
"Saya undang (Bahrunnaim). Kalau perlu buat laporan polisi. Kalau yang bersangkutan tidak berani datang, berarti yang bersangkutan bersalah. Kalau tidak bersalah ya jangan menentang. Kalau berani datang ke Indonesia," tegas Anton.
Sementara itu Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti memastikan, jajarannya sudah menetapkan status tersangka terhadap 6 orang yang ditangkap di berbagai daerah usai teror terjadi di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Mereka diduga terlibat dalam teror Jakarta pada 14 Januari 2016.
Namun Badrodin masih enggan menjelaskan peran dari keenamnya. Yang pasti, sambung dia, salah satu dari 6 tersangka itu terkait dengan salah satu teroris bom bunuh diri yang tewas di Pos Polisi Sarinah, Dian Juni Kurniadi.
Sementara itu petugas keamanan hingga kini masih melakukan serangkaian pengamanan di lokasi strategis, salah satunya kantor Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok di Balai Kota.
Kepala Biro Umum DKI Jakarta Agustino Dharmawan menuturkan, petugas gabungan Polri-TNI masih menjaga ketat Balai Kota. Apalagi Gubernur Ahok disebut-sebut menjadi salah satu target teroris.
Meski ada peningkatan pengamanan di Balai Kota oleh aparat gabungan, Agustino enggan menyebut secara detail jumlah personelnya. Pengamanan lebih banyak dilakukan secara tertutup.
"Kami kerja sama dengan TNI-Polri. Kami tingkatkan terus keamanan di Balai Kota," kata Agustino.
"Ya enggak bisa gembar-gembor berapanya. Masak iya kami buka kalau kami punya pistol berapa. Pokoknya ada peningkatan itu saja yang bisa saya berikan," sambung dia.
Sementara untuk petugas Pengamanan Dalam (Pamdal) Balai Kota disiapkan 110 personel. Mereka akan dibagi menjadi 3 shift kerja. "Kalau pagi dan siang itu 40 orang, kalau malam 30 orang," tutur Agustino.
Advertisement