Liputan6.com, Jakarta - Saiful Mujani Research And Consulting (SMRC) merilis hasil survei yang menyatakan ada 0,8 persen warga Indonesia yang mendukung tindakan kelompok ISIS. Walau jumlahnya kecil, namun para simpatisan di Indonesia ini dinilai berpotensi menjadi 'martir' dalam melakukan aksi terorisme di Indonesia.
Baca Juga
"Para teroris ini kan cangih terutama master mind-nya, mereka mengerti teknologi mengerti hubungan per orang. Yang mereka butuhkan adalah sedikit orang untuk melakukan aksi sesuai kepentingan mereka, cukup misalnya teroris itu dianggap berhasil kalau dia dari 100 kali upaya pengeboman dia berhasil sekali saja," ujar Peneliti SMRC Djayadi Hanan di Kantornya, Cikini, Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Advertisement
Menurut dia, walau penolakan warga terhadap ISIS begitu besar. Pemerintah tidak bisa melupakan sebagian warga yang masih simpati terhadap apa yang dilakukan kelompok radikal itu.
Baca Juga
"Yang sedikit ini justru yang berbahaya, bisa menjadi target penting dan justru menjadi bagian dari mereka. Karena bagi pihak keamanan, mereka melakuan pengamanan 100 kali, 99 kali berhasil, satu gagal. itu mereka dianggap gagal, kalau teroris satu kali saja dianggap berhasil, jadi tidak perlu banyak orang," ucap dia.
Menelusuri para simpatisan ISIS tersebut, Djayadi menilai polisi harus melakukan operasi kontra terorisme dengan menelusuri sekelompok orang yang terduga setuju atau bersimpati dengan ISIS.
"Dari survei ini bisa membantu melihat secara kasar di mana saja mereka berada. Kita bisa melihat dari berbagai kategori, tapi ini masih makro, perlu mendalam, yang dibutuhkan mikro dari kelompok yang memilki afiliasi dengan aktivitas yang mengarah kepada tindakan radikal," ungkap dia.
Warga Tolak Teror
Djayadi Hanan sebelumnya mengatakan, hanya sebagian kecil warga Indonesia yang mendukung eksistensi ISIS di Indonesia.
"Survei terbaru menunjukkan lebih dari 95 persen WNI mengetahui adanya ISIS dan menolak keberadaan ISIS di Indonesia. Hanya 0,3 persen warga menyatakan ISIS boleh didirikan di Indonesia," ucap Djayadi.
Dalam survei tersebut, Djayadi juga mengatakan dari 62 persen yang mengetahui ISIS, sebanyak 89,3 persen setuju dengan yang diperjuangkan oleh ISIS. Dari mereka yang tahu mengenai ISIS, hanya 0,8 persen yang menyatakan setuju dengan apa yang diperjuangkan ISIS.
"Begitu pula hampir 90 persen masyarakat yang tahu ISIS menyatakan ISIS adalah ancaman bagi NKRI, sementara hanya 4,4 persen menyatakan bukan ancaman bagi NKRI," ucap dia.
Menurut Djayadi, survei tersebut menunjukkan penolakan masyarakat terhadap ISIS begitu besar. Masyarakat umumnya menyadari keberadaan ISIS, namun pada saat yang sama tidak setuju dengan apa yang diperjuangkan ISIS.
"Mayoritas warga menganggap ISIS sebagai ancaman dan menolak keberadaan ISIS di Indonesia," ucap dia.