Liputan6.com, Jakarta - Hanny, teman ngopi Wayan Mirna Salihin, menjalani pemeriksaan kedua selama hampir 7 jam. Dia diperiksa mulai pukul 14.30 hingga 21.00 WIB. Sikap saksi kunci kasus kematian tak wajar Mirna ini tak seperti saat prarekonstruksi yang banyak bicara.
Diperiksa jelang penetapan tersangka kasus yang merenggut nyawa sahabatnya, Hanny memilih diam seribu bahasa.
Dari pantauan Liputan6.com, perempuan yang mengenakan setelan blus merah muda dan rok polkadot selutut ini keluar dari ruang penyidik Unit I Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) dikawal 6 polisi berpakaian bebas masuk ke mobilnya untuk menghindari serbuan wartawan.
Ia terus berjalan menunduk ditemani seorang perempuan berbaju putih di sebelahnya. Bahkan Hanny sempat terpeleset di tangga lobi Gedung Direktorat Resese Kriminal Umum (Ditreskrimum) karena terus menunduk.
Baca Juga
Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, keterangan Hanny penting karena dalam 300 kasus pembunuh dengan cara meracuni, 90 persen pelakunya tak mengaku. Sehingga polisi harus mengorek keterangan hingga ke bagian-bagian terdetil untuk menutup celah pelaku berkilah.
"Tambahan satu, dua, tiga keterangan (Hanny) saja bagi kami signifikan. Ada 300 kasus racun di dunia, 90 persen pelakunya tidak ngaku. Makanya polisinya harus lebih pintar dari pelakunya," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya usai kepulangan Hanny, Senin 25 Januari 2016.