Liputan6.com, Jakarta - Tidak seperti biasanya. Pekuburan bernama Astana Giribangun, di Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah itu sepi. Tidak banyak peziarah datang untuk mengirim doa bagi seorang tokoh fenomenal bernama Soeharto yang dibaringkan di sana.
Keluarga dari Cendana pun tidak sowan ke tempat tersebut. Padahal, hari ini tepat 8 tahun Presiden ke-2 RI itu meninggal.
"Belum ada keluarga yang datang ke sini. Saat ini kondisi makam juga sepi, tak banyak peziarah, " ujar Sukirno, juru kunci makam Astana Giribangun, Rabu 27 Januari 2016.
Menurut dia, keluarga juga tidak memintanya untuk mengadakan haul.
"Kita sudah menghubungi keluarga, tetapi hingga saat ini belum ada konfirmasi. Jadi sepertinya tidak ada acara khusus. Sebelumnya, kalau ketika peringatan meninggalnya almarhum, pasti ada acara, seperti pengajian," kata Sukirno.
Biasanya, makam pria yang memimpin Indonesia selama 32 tahun itu selalu dikunjungi masyarakat. Terlebih, pada hari-hari tertentu.
Contohnya, pada akhir 2015. Makam Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah mendadak dikunjungi banyak orang.
Seminggu terakhir 2015, ada 2.000 peziarah per harinya yang mengunjungi makam Presiden ke-2 RI itu. Jumlah peziarah ini meningkat 6 kali lipat dari hari biasa.
Pada tahun baru Islam, makam Soeharto juga tidak pernah sepi. Pada Jumat 24 Oktober 2014 malam, pengunjung sudah berjubel di kompleks pemakaman tersebut.
Jumlah peziarah pada malam peringatan 1 Suro mencapai 3.000 orang.
Ini membuktikan karisma Bapak Pembangunan itu ternyata tidak luntur di tengah kontroversi yang menghiasi jejaknya sejak reformasi dikumandangkan ribuan aktivis pada 1998. Kala itu masyarakat marah lantaran krisis moneter yang membuat hampir setengah penduduk Indonesia mengalami kemiskinan.
Kediaman 'The Smiling Jenderal' di Jalan Cendana Nomor 6-8, Menteng, Jakarta Pusat itu pun sepi. Tak ada peringatan khusus sewindu wafatnya Soeharto. Tak ada tenda atau tamu yang berdatangan.
"Wah tidak ada acara mas. Sepi-sepi aja. Kan rumah ini udah lama enggak ditempati. Kalau ada acara pasti jam segini udah ramai orang," kata sekuriti rumah yang kental nuansa militernya tersebut, Namin, kepada Liputan6.com.
Menurut dia, tidak ada pemberitahuan juga dari anak-anak Soeharto.
"Tidak ada pemberitahuan juga dari anak-anaknya. Enggak tahu di rumah Pak Tommy atau anak-anaknya yang lain, belum ada kabar soal acara. Mereka juga enggak ngasih tahu apa-apa," Namin menjelaskan.
Bapak Pembangunan
Soeharto tak bisa diabaikan dalam sejarah Indonesia. Sejak 1967 sampai 1998, dia menjadi orang nomor 1 di Tanah Air. Pada 21 Mei 1998, dia mengundurkan diri sebagai presiden setelah Indonesia digoyang serangkaian demonstrasi mahasiswa.
Soeharto di mata anggota DPR Fraksi Partai Golkar M Misbakhun adalah sosok yang memiliki visi besar dan berpikir panjang dalam hal pembangunan untuk rakyat Indonesia.
"Pak Harto adalah pemimpin besar dengan visa besar pembangunan untuk kesejahteraan rakyat. Beliau membuat strategi yang matang dengan melibatkan banyak putra-putri terbaik bangsa dalam perencanaan program pembangunan dan dilaksanakan dengan konsisten," kata Misbakhun kepada Liputan6.com di Jakarta, Rabu (27/1/2016).
Pembangunan tersebut, lanjut dia, dilakukan Soeharto dalam segala bidang. Indonesia yang kini memiliki banyak infrastruktur, tidak lepas dari peranan dan jasa-jasa Soeharto saat menjadi presiden.
"Pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat adalah program utama beliau. Pembangunan fisik infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, sekolah, rumah sakit, rumah ibadah dan lainnya dibangun untuk tujuan meningkatkan kesejahteraan tersebut. Indonesia yang maju saat ini adalah berkah fondasi pembangunan yang diletakkan oleh Pak Harto," beber Misbakhun.
Namun, anggota Komisi XI DPR ini tak menampik jika pemerintahan Soeharto yang dikenal dengan zaman Orde Baru (Orba) itu memiliki kekurangan. Yakni kebebasan masyarakat untuk berekspresi dan menyatakan pendapat.
Advertisement
Kemajuan di Tanah Air berkat pembangunan yang dilakukan Soeharto juga diakui oleh anggota dewan dari Fraksi PDI Perjuangan Dwi Ria Latifa. Meskipun saat itu PDI menjadi 'kompetitor' Golkar, baik saat pemilu maupun di parlemen, dia tak menampik Soeharto berjasa.
"Dulu waktu eranya reformasi saya pengacara PDI pro Megawati, jadi secara personal saya mengerti dan ini pendapat pribadi saya dari PDIP. Pada prinsipnya Pak Harto ada kelemahan dan positifnya. Dalam hal pembangunan di tahap kepemimpinannya tak bisa dipungkiri beliau banyak melakukan pembangunan, apa yang kita rasakan saat ini pembangunan yang berjalan juga dulu dilakukan Pak Harto," Dwi menuturkan.
Selain itu, Ria mengakui dengan diberlakukannya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) oleh Soeharto, pembangunan di Indonesia yang dilakukan pemerintah menjadi fokus dan terukur. Sebab, kata dia, setiap pembangunan itu diatur oleh parlemen yang dijalankan oleh pemerintah.
"Positifnya apa yang dilakukan Pak Harto coba direnungkan dengan jernih, pembangunan-pembangunan negara kita ini terkait infrastruktur dan lainnya yang ada saat ini beliau punya andil. Kemudian ditambah lagi dengan adanya GBHN itu pembangunannya jelas, karena tidak setiap ganti Presiden ganti pula pembangunannya tergantung keinginan Presidennya," kata Ria.
Gelar Pahlawan
Atas jasa-jasanya tersebut, muncul wacana memberikan gelar pahlawan kepada Soeharto. Namun, di masa sekarang, zaman orde baru lekat dengan kesan otoriter.
Akibatnya, ketika pemerintah ingin memberikan gelar pahlawan bagi Soeharto masyarakat pun bereaksi. Ada yang berpendapat bahwa ia layak mendapatkan gelar karena berjasa dalam pembangunan Indonesia.
Namun, ada pula yang menilai, pemberian gelar pahlawan bagi Soeharto membutuhkan kajian mendalam karena sejumlah peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahannya.
Ketua MPR Zulkifli Hasan, menganggap gelar pahlawan nasional untuk Soeharto pantas diberikan. Sebab dia menganggap Soeharto memiliki jasa besar dalam hal pembangunan untuk Indonesia.
"Kita serahkan pada pemerintah dan saya rasa (pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto) itu pantas," ucap Zulkifli pada Selasa 10 November 2016.
Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah pun mendukung Presiden ke-2 RI itu menjadi pahlawan nasional. Meskipun dikenal sebagai pemerintah yang otoriter selama menjabat 32 tahun, namun menurutnya Soeharto tetap berjasa kepada bangsa Indonesia.
"(Soal) Soeharto, saya termasuk orang yang setuju Soeharto dapat gelar pahlawan. Dia salah satu presiden berkuasa selama 32 tahun. Ada juga jasa yang dia buat. Kalau ada yang tidak suka kepadanya itu persoalan lain," kata Fahri.
Fahri bahkan mempertanyakan Presiden Joko Widodo tak kunjung memberikan gelar pahlawan bagi Soeharto.
Sementara, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyatakan, penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk Soeharto, hanya tinggal menunggu keputusan presiden (keppres).
Tim Peneliti dan Pengkajian Gelar Pahlawan (TP2GP) bahkan telah menyerahkan hasil studinya mengenai Soeharto ke Dewan Gelar. Menurut Khofifah, tak ada lagi pembahasan di Dewan Gelar dan tinggal menunggu waktu.
Sebelumnya, 23 hari sejak 4 Januari 2008, Soeharto koma dan mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan. Hidupnya harus disokong dengan alat bantu pernafasan.
Tepat pukul 13.10 WIB, 27 Januari 2008, Soeharto berpulang. Tim dokter kepresidenan yang menanganinya menyatakan Soeharto meninggal dalam usia 87 tahun, karena kegagalan multiorgan.
Cerita Mistis
Cerita-cerita mistis tak pernah lepas dari mantan Presiden RI Soeharto. Pria yang wafat pada 27 Januari itu bahkan disebut-sebut memiliki ilmu kebatinan.
Selain menjalankan salat, Soeharto rajin meditasi. Ritual itu juga dilakukannya saat meminta petunjuk Tuhan atau ulang tahun. Ketika akan menentukan menteri, dia juga meminta petunjuk melalui wangsit.
Cerita mistis tentang Soeharto juga datang dari para seniman pembuat patung 6 Presiden RI. Seniman yang pernah membuat relief Monumen Panglima Besar Soedirman terpanjang se-Indonesia di Pacitan, Yusman, mengaku patung Soeharto adalah yang paling sulit dibuat.
Hal ini dirasakan pematung dari Yogyakarta tersebut ketika membuat patung 6 presiden yang diresmikan di Istana Negara Bogor pada akhir Agustus 2014.
Pematung lainnya, Purjito juga mengaku dapat pengalaman di luar nalar pada 2010. Saat itu, dia mendapat order untuk membuat patung Presiden Soeharto.
Rencananya setelah selesai, patung tersebut akan diperlihatkan ke keluarga Soeharto untuk mengecek tingkat kemiripannya dengan Bapak Pembangunan tersebut.
Namun pada malam harinya, dia yang tidur di studio patung bermimpi didatangi Pak Harto. Di mimpinya, Soeharto mengenakan pakaian serba putih.
"Saya ngimpi-nya didatangi beliau. Waktu itu di studio masih ada patung berupa tanah liat. Dia (Soeharto) datang pakai baju putih, celana putih senyum-senyum gitu," ujar Purjito, Jumat, 8 Agustus 2014.
Pria yang akrab disapa Pur itu mengungkapkan dalam mimpinya hadir juga sosok bosnya.
Melalui mimpi itu, Soeharto mengatakan masih ada 6 titik kesalahan dalam pembuatan patung itu. Lalu, Yusman memintanya mengukur badan Pak Harto.
"Pak Yusman ini bilang, 'Pur ini sambil belajar aja'. Nah Pak Harto bilang ke saya, ini masih ada 6 titik kelemahan. Pak Yusman di samping saja. Pak Harto langsung terlentang, kepalanya di utara. Langsung berubah jadi tanah liat. Tadinya manusia jadi tanah liat," ujar Pur.
Setelah melihat Soeharto berubah jadi tanah liat, dia langsung mengukur tubuh mantan presiden itu. Dari pengukuran tersebut, akhirnya ketemu 6 titik kekurangan yang dikatakan Soeharto.
Advertisement