Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PDI Perjuangan Masinton Pasaribu, diduga memiliki hubungan asmara dengan asisten pribadinya, Dita Aditia Ismawati.
Direktur LBH APIK Ratna Barata Munti mengatakan, ada dugaan kontrol penuh yang dilakukan Masinton. Dia mempertanyakan adanya hubungan lain, di luar pekerjaan sebagai asisten pribadi atau aspri.
"Itu memang pertanyaan kami, namun korban menyampaikan memang enggak ada hubungan pacaran, enggak ada relasi seksual," ungkap Ratna di Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH-APIK), Jakarta, Senin (1/6/2016).
"Tapi mungkin ada perasaan dari MP (Masinton Pasaribu). Kayak posesif, tapi enggak tahu itu benar atau tidak," sambung dia.
Menurut Ratna, Dita juga kerap menyiapkan baju batik Masinton, tiap kali diminta. "Karena itu saya ingin perjelas, sejauh mana sih wilayah (pekerjaan) aspri?"
"Mungkin memang ada sesuatu di perasaan MP. Tapi menurut Dita, belum ada pernyataan cinta atau suka dari yang bersangkutan," sambung Ratna.
Baca Juga
Mengagumi
Kendati begitu, Ratna tidak membantah, Dita mengagumi sosok Masinton sejak dia masih bekerja di perusahaan asuransi.
"Sebelumnya kan Dita kerja di asuransi. MP itu orang yang dikaguminya, orang yang dijadikan mentor jadi politisi. Memang baru bekerja (jadi aspri) sekitar 6 bulan," ungkap Ratna.
"Memang, sikap protektif itu diawali gara-gara MP terus bersinggungan dengan kasus RJ Lino, di mana Dita merasa diikuti orang. Sejak saat itu, MP pun berusaha protektif," sambung dia.
Bukan hanya itu, Ratna juga menuturkan kedekatan Masinton dengan ibunda Dita, yang diduga sudah berjalan baik.
"Kedekatan dengan ibunya baik. Mungkin ibunya menitipkannya, jadi merasa bertanggung jawab. Setelah kejadian (pemukulan) dia (Masinton) mendekati ibunya," papar dia.
"Dia juga mengakui perbuatannya, ada videonya. Agar hal ini tidak dibesarkan. Itu berjumpa di Rumah Sakit Aini (Rumah Sakit Mata di Cikini)," pungkas Ratna.
Ketika dikofirmasi, Masinton membantah melakukan pemukulan pada asisten pribadinya. Dirinya justru menduga ada motif politis di belakang pelaporan itu.
"Aku dituduh mukul dia, ini jelas pembunuhan karakter. Karena kejadianya itu tanggal 21 Januari 2016, sudah mau sepuluh hari, terus tiba-tiba melakukan pelaporan ke polisi. Ya aneh," ujar Masinton, Sabtu 30 Januari lalu.
Dita sebelumnya menyebut, Masinton memukulnya di dalam mobil saat perjalanan dari Cikini, Jakarta Pusat, menuju Cawang, Jakarta Timur, pada Kamis 21 Januari Lalu.
Akibat penganiayaan itu, dia mengalami luka lebam di mata kirinya. Dita kemudian melaporkan dugaan pemukulan oleh Masinton ke Bareskrim Polri pada Sabtu 30 Januari lalu.
Advertisement