Sukses

TKP Teror Jakarta Tak Steril Jadi Evaluasi Kapolda Metro

Serangan teror bom Jakarta masih teringat jelas di benak warga Ibukota.

Liputan6.com, Jakarta - Serangan teror bom Jakarta masih teringat jelas di benak warga Ibukota. Pagi itu 4 terduga teroris meluluhlantakan Pos Polisi dan sebuah kedai kopi Starbucks, yang berdiri di sebelah kanan lobi Menara Cakrawala, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat. Masyarakat yang tengah beraktivitas lari kocar-kacir menjauhkan diri dari sumber ledakan.

Tak lama berselang, polisi datang. Masyarakat merasa aman dan tertarik menikmati aksi heroik para polisi mengamankan 2 lokasi ledakan yang malam membuat polisi kewalahan. Telebih menyusul adanya tembak menembak dan perburuan teroris yang diketahui masuk ke dalam Gedung Theater Djakarta.

Hal ini menjadi catatan evaluasi penting bagi Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian. Berkumpulnya masyarakat di lokasi, dinilai membahayakan jiwa mereka serta membuat polisi tak leluasa melakukan operasi perburuan. Diketahui, salah satu pelaku teror sempat menyusup dalam kerumunan warga, meski setelah itu ia menyatakan diri dan menodongkan pistol.

"Dari peristiwa 14 Januari itu, kecepatan (anggota  melumpuhkan teroris) sudah bagus. Tapi langkah pada saat di TPTKP (Tutup Perimeter Tempat Kejadian Perkara), yaitu menutup perimeter belum berlangsung secara maksimal," ujar Tito usai menyaksikan simulasi penanganan teror bom di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (5/2/2016).

"Masyarakat berkumpul, public address yang dilakukan teman-teman (polisi) di TKP saat itu untuk membuat masyarakat mundur meninggalkan lokasi juga belum maksimal," lanjut dia.

Akibat lain dari menyemutnya masyarakat di sekitaran lokasi ledakan, tambah Tito, adalah olah TKP menjadi tak maksimal karena lokasi tak sepenuhnya steril. Sekali lagi jenderal bintang dua ini menegaskan kepada jajaran, bahwa membuat perimeter agar yang tak berkepentingan masuk, harus diperbaiki.

"Olah TKP ada beberapa kelemahan meski dalam 3 jam sudah selesai. Paling sulit itu perimeter. Menutup agar jangan sampai masyarakat, wartawan, pejabat tak berkepentingan masuk. Itu yang harus diperbaiki," tegas Tito.