Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo menyidir jurnalisme sensasional di tengah pembangunan yang digalakan pemerintahan Jokowi-JK. Jurnalisme semacam itu dikhawatirkan akan berbenturan dengan produktifitas dan pembangunan bangsa.
Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Lombok, Nusa Tenggara Barat, Selasa (9/2/2015).
"Banyak yang terjebak pada berita-berita yang sensasional, apalagi ditambah komentar pengamat-pengamat, makin ramai," kata Jokowi.
Baca Juga
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan beberapa judul berita yang dinilainya bertentangan. Seperti, "Semua Pesimis Target Pertumbuhan Ekonomi Tercapai. Di situ ada kata-kata pesimisnya."
"Kabut Asap Tidak Teratasi, Riau Terancam Merdeka," Jokowi mencontohkan. "Pemerintah Gagal Aksi Teror Tak Akan Habis Sampai Kiamat."
"Ada yang lebih serem lagi, Indonesia Akan Bangkrut, Hancur. Rupiah Bakal Tebus Rp 15 Ribu, Jokowi-JK Akan Ambruk, Ambyar," tutur mantan Wali Kota Solo ini mencontohkan.
Menurut Presiden, bila judul-judul berita seperti yang dicontohkannya itu terus ada di era kompetisi, maka yang muncul adalah pesimistis.
"Yang muncul adalah etos kerja yang tidak terbangun dengan baik. hal-hal yang tidak produktif, bukan produktivitas," ujar Jokowi.
Meski pemberitaan-pemberitaan tersebut hanya bersifat asumsi, bukan tidak mungkin akan mempengaruhi pembangunan. "Karena kita tahu cahaya moral, pembentukan karakter, pembentukan mentalitas, moralitas itu ada di media. Ada di pers," dia menegaskan.
HPN 2016 digelar di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kabupaten Lombok Tengah. Penanggung-jawab HPN Margiono mengatakan, peserta yang mengikuti perayaan kali adalah para wartawan, Dewan Pers, organisasi wartawan, dan para pemilik media.
Menurut dia, sejumlah wartawan media-media di ASEAN juga hadir pada acara HPN ini. "Forum Pemred juga hadir," kata Margiono.