Sukses

Manuver Super Tucano Sebelum Jatuh di Malang

Pilot Super Tucano, Mayor Penerbang Ivy Safatillah ditemukan 8 kilometer dari lokasi pesawat jatuh dalam kondisi meninggal.

Liputan6.com, Malang - Pesawat TNI AU Super Tucano 3108 yang jatuh di Jalan LA Sucipto, Kota Malang, Jawa Timur diketahui take off sekitar pukul 09.25 WIB dari Pangkalan Udara TNI AU Abdurahman Saleh Malang.

Pesawat latih tempur itu melakukan sejumlah manuver sebelum jatuh sekitar pukul 10.07 WIB.

Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal Agus Supriatna mengatakan, saat pesawat di ketinggian 8.000 kaki masih sempat kontak dan naik ke ketinggian 25 ribu kaki untuk uji ketahanan turbulensi.

“Pesawat turun lagi ke ketinggian 15.000 kaki dan melakukan sejumlah performance atau manuver. Dari ketinggian itu seharusnya turun lagi ke 8.000 kaki dengan kecepatan 320 knot dari sudut 32 derajat,” ujar Agus Supriyatna di Pangkalan TNI AU Abdurahman Saleh Malang, Rabu (10/2/2016).


Seharusnya, saat turun lagi di ketinggian 8.000 kaki pesawat melakukan kontak. Namun sejak pukul 09.59 WIB kontak tak pernah terjadi dan kemudian dikabarkan jatuh di atas rumah milik Mujianto di Jalan LA Sucipto Kota Malang.

Istri pemilik rumah, Erna Wahyuningtyas dan seorang penghuni kos rumah itu, Nur Kholis menjadi korban dan meninggal.

Pilot Super Tucano, Mayor Penerbang Ivy Safatillah ditemukan 8 kilometer dari lokasi pesawat jatuh dalam kondisi meninggal. Sedangkan juru mesin udara Serma Syaiful Arif Rakhman ditemukan meninggal dalam kokpit pesawat.

Pilot Berpengalaman

Agus Supriyatna menyatakan, Mayor Penerbang Ivy Safatillah merupakan pilot berpengalaman bila melihat catatan jam terbangnya.
 
Ivy memiliki catatan 3.000 jam penerbangan dan 700 jam terbang khusus dengan Super Tucano.
 
“Almarhum sebelumnya juga belajar di Brasil, pabrikan asal Super Tucano itu. Kami harus identifikasi dulu sebelum memastikan apakah faktor human error atau kesalahan dari pabrikan,” ujar Agus.
 
Mayor Pnb Ivy Safatillah lahir di Tuban, 9 April 1979. Sarjana lulusan Universitas Merdeka Malang ini bergabung ke Akademi Angkatan Udara pada 1997 dan lulus tahun 2000.

Almarhum lulus sekolah penerbang angkatan LXIV pada 2002. Jabatan terakhir almarhum adalah KAPOKINS Skadron 21 Lanud Abdurahman Saleh Malang.
 
“Harus menunggu tim identifikasi untuk menemukan masalah utamanya. Karena ini musibah pertama kali saat test flight dengan Super Tucano ini,” pungkas Agus.