Sukses

Terduga Mantan Teroris Jaringan Santoso Ditangkap di Makassar

As meninggalkan Poso karena mempertimbangkan keamanan pribadi serta keluarga. Dia diburu kelompok teroris Santoso.

Liputan6.com, Makassar - Seorang pria berinisial As alias Ts alias Kw berusia 40 tahun ditangkap saat menginap di Wisma Travel Melati Indah Jalan Nusantara Kecamatan Wajo, Makassar, Rabu 10 Februari 2016. Dia ditangkap karena diduga terlibat kasus terorisme di Poso.

As yang merupakan buruh kelapa sawit diketahui merupakan warga Lewoleba Utara, Kelurahan Lewoleba Utara, Kecamatan Nubatukan, Nusa Tenggara Timur itu rencananya melanjutkan perjalanan ke Nabire. Padahal As lahir di Yogyakarta.

Awalnya, As transit di Makassar pada Sabtu 6 Februari 2016 menggunakan Kapal Motor Umsini dari NTT tujuan Nabire. Kemudian, dia menginap di Wisma Travel Melati Indah Jalan Nusantara Makassar, milik perempuan inisial A.

As rencananya menginap di wisma tersebut sampai Minggu 14 Februari 2016 karena sedang menunggu Kapal KM Gunung Dempo dengan tujuan Nabire. Namun belum sempat melanjutkan perjalanan ke Nabire, dia tertangkap.

Kapolsek Wajo Makassar, Komisaris Achmad Ilyas membenarkan penangkapan tersebut. "Iya itu betul namun yang bersangkutan itu diamankan oleh Satuan Intelkam Polres Pelabuhan Makassar penanganannya di sana," kata Ilyas saat dihubungi Liputan6.com, Makassar, Kamis (11/2/2016).

As masih menjalani pemeriksaan dan pendalaman terkait apa yang dia ketahui dari jaringan teroris Poso di Kapolres Pelabuhan Makassar. 

Dari data yang dihimpun Liputan6.com, As tinggal di Poso pada 1980 saat ikut program Transmigrasi tepatnya di Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara bersama orangtuanya. Selama di Poso, dia aktif ikut jamaah Tabliq Lawanga dan bertemu dengan ustads inisial A untuk masuk dalam Laskar Mujahidin Poso.

Pada 2004, As meninggalkan Poso dengan alasan tidak sanggup lagi mengurusi Laskar Mujahidin dan mempertimbangkan keamanan pribadi serta keluarganya. As saat ini dicari-cari oleh jaringan kelompok Santoso karena dinilai berkhianat atau disebut hawaris. Darah seorang hawaris dinyatakan halal untuk dibunuh oleh jaringan teroris Poso Pimpinan Basri dan Santoso.

Peran yang pernah dilakoni As saat tergabung dalam kelompok Mujahidin di Poso antara lain melakukan pemalangan mobil boks pada 2004 dan menembak sopir serta berhasil membawa lari uang sebesar Rp 28 juta, merencanakan bom Tentena selama 5 bulan dan menghilhami bom Pasar Tentena pada 2005.

Dia juga merekrut orang untuk menjadi anggota majelis pengajian dari masjid ke masjid dengan cara mencuci otak dengan bantuan Ustaz M. Adapun nama-nama mujahidin yang dikenal antara lain inisial SG, SK, GT, G, AR alias S dan S.

Dia juga pernah memiliki senjata api rakitan pada 2003 yakni pistol jenis genggam sebanyak 1 buah dan 4 peluru aktif, senjata api rakitan berlaras panjang sebanyak 3 buah dan bom pipa sebanyak 2 buah. Senjata rakitan serta bom pipa tersebut dikabarkan disimpan di dekat Masjid Al Muhajirin Desa Kalora Kecamatan Poso Pesisir Utara.

Pada 2004, As dan kelompoknya tersebut meninggalkan Poso dan berpindah-pindah tempat yakni ke Kalimantan Timur untuk bekerja Kelapa Sawit di SP Wahau-Sungai Lang. Pada 2011 mereka ke Alor dan kembali lagi ke Kalimantan Timur. Pada 2012-2016, mereka menetap di Desa Lewoleba Utara.