Sukses

Sigi Investigasi: Aksi Ilegal Penguasa Jalanan

Mencolok dan terang terangan, aksi oknum sopir angkot yang parkir sesuka hatinya dipertontonkan.

Liputan6.com, Jakarta - Kusut, merayap, bahkan nyaris tak bergerak. Kendaraan yang bergerak persis siput, menjadi warna lalu lintas Ibu Kota yang terpaksa dianggap lumrah.

Biang keroknya tentunya pengendara yang tak tertib. Beberapa kendaraan umum tampak seenaknya mangkal serampangan, menghabiskan sisi jalan. Menjemput konsumen pun tanpa peduli tertib berlalu lintas.

Mencolok dan terang terangan, aksi mereka parkir sesuka hatinya dipertontonkan. Sejumlah oknum supir santai saja melanggar tanpa rasa takut atas sanksinya. 

Fenomena itu menggelitik tim Sigi Investigasi SCTV untuk menyelidikinya. Saatnya mengambil peran sebagai penumpang angkutan umum dan menggali cerita dari sang sopir.

Dari ngobrol singkat, muncul soal kutipan uang ke preman wilayah atau akrab dengan sebutan timer angkutan umum, yang jadi salah satu petunjuk kami. Ibarat touring, kami ikuti kemana trayek angkutan yang ditumpangi.

Tiba-tiba, mobil yang kami tumpangi merapat ke pangkalan angkutan umum. Perintah yang diberikan pada sopir ternyata kode.

Rp 5 ribu, nominal angka kutipan yang lumayan untuk sekali pemberhentian. Pertanyaan pun muncul. Apa fungsi uang tersebut dikutip dari sopir angkutan umum dan kemana mengalirnya?

Pemberian upeti, uang jago, kepada penguasa wilayah atau istilahnya timer di setiap lokasi yang jadi pangkalan angkutan umum, memang kerap diperlihatkan.

Dengan alasan memberikan perlindungan penuh para sopir angkutan umum, mereka leluasa menarik uang palakan yang sudah menjadi tradisi. Maka tak heran di lokasi itu bertebaran timer-timer dengan trayek atau jalur yang berbeda-beda.

Pemberian upeti kepada para timer di lahan yang seharusnya bukan jadi tempat mangkal angkot, memang menjadi persoalan baru. Bahkan terjadi pungutan-pungutan liar yang lain.

Dan kejadian tak terduga kami dapati. Si penguasa wilayah membagikan hasil uang palakannya kepada oknum aparat. Jumlahnya pun sudah ditetapkan.

Peta kutipan uang mulai tergambar. Namun, kami masih mencoba kemungkinan aktivitas yang lebih menarik hingga trayek angkutan kota yang ditumpangi ini berakhir.

Pemberhentian berlanjut di pangkalan berikutnya. Sepi, persis seperti tempat istirahat para sopir angkot. Namun, tetap saja tidak gratis alias setor ke timer wajib ada.

Jakarta memang jadi surga tersendiri bagi para pelaku timer. Ribuan kendaraan umum dan lokasi-lokasi pangkalan yang dinilai stategis, siap jadi mesin uang jalanan yang menguntungkan bagi mereka.

Tentunya, model pungutan di setiap wilayah satu dengan yang lain pun berbeda-beda besaran dan cara mengutipnya.

Bagaimana aksi kutip uang di jalanan tersebut bisa terjadi? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Sigi Investigasi SCTV edisi Minggu (14/2/2016), di bawah ini.