Liputan6.com, Jakarta - Gempa berkekuatan 6,6 Skala Richter yang mengguncang Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Jumat 12 Februari lalu, sempat membuat panik warga hingga berhamburan keluar dari bangunan.
Meski skala gempa relatif besar, namun bencana alam ini tidak berdampak besar bagi kerusakan bangunan. Bahkan, warga yang umumnya berumah kayu, bebas dari kerusakan akibat lindu ini.
"10 Rumah penduduk rusak ringan hingga sedang. Banyak rumah penduduk di Sumba Barat yang terbuat dari kayu, sehingga saat gempa dapat meredam guncangan yang keras sekali pun," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 13 Februari malam.
Sutopo menjelaskan, pendataan dampak gempa masih terus dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bersama pihak terkait lainnya.
"Berdasarkan data sementara terdapat 7 sekolahan rusak ringan atau retak di dinding. Kantor Dinas Perhutanan, Peternakan, Kantor Bupati dan Kantor Polres Sumba Barat juga mengalami keretakan dan rusak ringan hingga rusak sedang," papar dia.
"2 Fasilitas umum yaitu RSUD Sumba Barat dan RS Lende Moripa juga mengalami retak rusak ringan hingga sedang," sambung Sutopo.
Baca Juga
Tim Reaksi Cepat BNPB, kata Sutopo, telah berkoordinasi dan mendampingi BPBD Kabupaten Sumba Barat pada Sabtu pagi, dalam manajerial pendataan kerusakan akibat dampak bencana gempa.
"Peninjauan ke lapangan untuk mendata daerah yang terdampak di Kecamatan Lamboya Barat. BPBD Kabupaten Sumba Barat telah berkoordinasi dengan TNI, Polri, serta beberapa LSM terkait untuk pendataan," terang dia.
Secara umum, kata Sutopo, berdasarkan laporan sementara beberapa daerah aman. Belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan berat seperti di Kecamatan Alang Anak Dumai, Kecamatan Waikabubak, dan Waingapu.
"Pendataan terus dilakukan. Laporan kerusakan banguna dari semua desa masih dihimpun di Kantor Kecamatan dan belum ada laporan ke BPBD," ujar dia.
Komunikasi Normal
Menurut Sutopo, alat komunikasi kini sudah berjalan normal, setelah Jumat 12 Ferbuari lalu sempat terputus dikarenakan kerusakan tower di daerah Bima yang terjadi 3 jam sebelum gempa.
"Itulah yang menyebabkan komunikasi tidak dapat dilakukan setelah gempa. Sebagian listrik padam juga menyebabkan komunikasi radio juga mati," pungkas Sutopo.