Sukses

4 Aksi Unik Penolakan Perayaan Hari Valentine

Di Malang, Jawa Timur, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bagi umat untuk terkait perayaan Valentine.

Liputan6.com, Jakarta - Satuan Polisi Pamong Praja (PP) dengan kekuatan 43 personel melakukan razia rutin di sejumlah wisma di Makassar, yang kerap dijadikan warga tempat berbuat asusila saat merayakan Valentine atau hari kasih sayang.

Tepat pukul 21.00 Wita, para personel Satpol PP yang dipimpin langsung Muflih dan Edwar Supriawan bersama Camat Wajo dan Lurah Pattunuang, merazia seluruh wisma di kecamatan Wajo, Makassar.

"Beberapa wisma yang disinyalir sebagai tempat mesum yang dilakukan penggeledahan yakni wisma Flores, wisma Prima, wisma Bahagia," kata Kepala Bidang Penindakan Satpol PP Makassar Edwar, Makassar, Sabtu 13 Februari malam.

"Kemudian wisma Bali, wisma Pare, wisma Aiwa, wisma Makassar, serta di beberapa kontrakan di jalan sapu," sambung dia.

Sejumlah perempuan dan pria tanpa identitas digiring ke kantor Balai Kota Makassar, dalam razia ini. Mereka dimintai identitas dan membuat surat pernyataan, agar tidak mengulangi perbuatannya.
 
"Di kantor semuanya kita diambil datanya, kemudian dibuatkan pernyataan, agar tidak mengulangi perbuatan yang melanggar norma norma agama tersebut. Seperti tidur bersama di wisma tanpa ada hubungan suami istri," pungkas Edwar.


Fatwa Haram MUI

Di Malang, Jawa Timur, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram bagi masyarakatnya yang merayakan Valentine, yang biasa diperingati setiap 14 Februari ini.

Kalangan remaja dan orangtua di Kota Malang pun diimbau melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat, ketimbang merayakan Valentine.
 
"Fatwa itu hasil musyawarah kami setelah banyak menerima keluhan dari masyarakat, terutama orangtua. Bahwa kawatir anak mereka melakukan kegiatan yang merusak akhlak," kata Ketua MUI Kota Malang KH Baidlowi Muslich, Malang, Jawa Timur, Sabtu.
 
Sebelum adanya fatwa MUI ini, Dinas Pendidikan Kota Malang terlebih dulu mengeluarkan surat edaran bernomor 421.3/045/35.73.307/2016, yang berisi larangan bagi siswa merayakan Valentine.
 
Selain mengeluarkan fatwa haram, MUI Kota Malang juga mencetak berbagai baliho dan edaran yang berisi larangan kepada pemuda dan pelajar merayakan Valentine, karena tak sesuai dengan hukum Islam dan adat timur.
 
"Daripada melanggar norma agama, lebih baik berbagi kasih sayang dengan anak-anak yang lebih membutuhkan. Apalagi akhir-akhir ini, banyak kasus yang menimpa anak di bawah umur," ujar dia.
 
Menurut Baidlowi, remaja adalah generasi penerus dan calon pemimpin bangsa. Valentine Day yang lebih banyak diwarnai kegiatan negatif, berpotensi merusak akhlak remaja.
 
"Lebih banyak mudharat nya ketimbang manfaatnya. Kewajiban kami untuk mengingatkan umat," tegas Baidlowi.

2 dari 3 halaman

Gerakan Menutup Aurat



Puluhan mahasiswa yang aktif dalam Lembaga Dakwah Kampus (LDK) IAIN Sultan Maulana Hasanudin (SMH) Banten, berdemonstrasi menolak perayaan Valentine yang karena kerap dijadikan ajang seks bebas.

"Dari data BKKBN 2013, anak usia 10 sampai 14 tahun yang telah melakukan aktifitas seks bebas atau seks di luar nikah mencapai 4,38 persen," kata koordinator aksi, Asep Waryanto, saat demonstrasi di depan IAIN SHM Banten, Jalan Jenderal Soedirman, Kota Serang, Banten, Sabtu 13 Februari 2016.

"Sedangkan pada usia 14-19 tahun sebanyak 41,8 persen telah melakukan seks bebas," sambung dia.

Selain diikuti LDK IAIN SMH Banten, puluhan aktivis Remaja Rohani Islam (Rohis) di Kota Serang pun bersepakat menolak perayaan Hari Valentine.

Jika peringatan Valentine terus dilakukan, kata Asep, banyak moral remaja rusak dan masa depannya terganggu. Tak menutup kemungkinan akan terjadi pernikahan dini.

"Maka kalau sudah terjadi seperti itu, akan menimbulkan lost generation dan kami menyuarakan bahwa pada 14 Februari sebagai hari gerakan menutup aurat internasional, bukan sebagai Valentine Day," tegas Asep.

3 dari 3 halaman

Hari Hijab Sedunia



Sekitar 40 palajar SMP Muhammadiyah 9 Surabaya, melakukan aksi penolakan perayaan Valentine di depan sekolah mereka, Jalan Jojoran 1 nomor 50, Surabaya, Jawa Timur.

Aksi yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) ini diisi dengan membentangkan spanduk, di sepanjang jalan arah Jalan Manyar Kertoarjo, depan Kantor Samsat, Surabaya, Sabtu 13 Februari 2016 siang.

Selain membentangkan spanduk bertuliskan Stop Valentine, mereka juga mengajak kepada pengendara, terutama pemuda untuk tidak merayakan Valentine.

"Seperti kita ketahui saat ini pemuda Indonesia, khususnya di kota Surabaya mengisi hari Valentine dengan kegiatan kurang bermanfaat," kata Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 9 Surabaya Imam kepada Liputan6.com, Minggu(13/2/2016).

"seperti pesta minuman beralkohol, pesta seks, ada pula yang kebut kebutan di jalan raya, layaknya serial televisi yang marak saat ini," lanjut dia.

Selain membawa spanduk, aksi penolakan perayaan valentine ini juga diisi dengan aksi teaterikal dan bakti sosial yang digelar di sekolahan ini pada 13-14 Februari 2016.

"Kami malam ini juga menginapkan siswa kami sejumlah 176 siswa, yang akan membagikan nasi bungkus. Setiap siswa akan memberikan kepada masyarakat yang kurang mampu di sekitar wilayah Jojoran, Kelurahan Karang Menjangan," papar dia.

Menurut Imam, hal tersebut sebagai antisipasi pihak sekolah dengan memberikan siraman rohani kepada para siswa.

"Karena pemuda Muhammadiyah juga sering menemukan kondom berserakan di Pantai Kenjeran, hal ini juga yang mendasari digelarnya aksi Stop Valentine ini," ungkap dia.

Pihak SMP Muhammadiyah 9 juga menyarankan kepada Dinas Pendidikan Kota Surabaya, agar mengganti perayaan Valentine dengan Hari Hijab Sedunia.

"Kami segera mengusulkan agar peringatan Hari Valentine ini diganti dengan peringatan Hari Hijab Sedunia saja, intinya kami menolak Valentine Day," tegas Nining, guru SMP Muhammadiyah 9 Surabaya.

Usulan ini, kata Nining, adalah agar para siswa tetap berada di sekolah, yang mengisi dengan kegiatan positif.

"Saya rasa pembinaan iman dan taqwa itu perlu daripada membuat kegiatan yang tak berguna. Dan itu bisa diterapkan di sekolah nonmuslim pun dengan siswanya,  diinapkan di sekolah masing-masing," pungkas Nining.