Liputan6.com, Jakarta - Kalijodo tidak pernah redup. Siang maupun malam, kawasan lokalisasi yang berada di Penjaringan, Jakarta Utara itu selalu beroperasi.
Namun, pada hari ini aktivitas 'ngetem' di Kalijodo urung dilakukan.
"Mas, enggak bisa 'ngetem' sekarang, aku bobok dulu," ujar seorang perempuan dengan gincu merah di bibirnya pada lelaki bertopi ala koboi di lokalisasi tersebut, Senin (15/2/2016).
Ya, perempuan yang memakai rok mini dan baju tak berlengan itu berniat mencari pelanggan pagi ini. Tapi melihat banyaknya awak media di sepanjang Jalan Kepanduan II, dia mengurungkan niatnya. Apalagi dengan keberadaan sejumlah drone yang berseliweran di atas kawasan Kalijodo.
Sementara, lelaki buncit berkulit sawo matang yang diajak bicara perempuan tersebut, menghampiri Liputan6.com. Dia mengungkapkan keluh kesahnya karena gagal 'menyewa' jasa pekerja seks di kawasan Kalijodo.
"Ah, gagal... Enggak tahu lagi nih, mau main ke mana," ujar Kesuma (40) pada Liputan6.com.
Kesuma jengkel, sebab uang yang telah dikumpulkannya selama seminggu untuk 'ngetem' tak jadi dibelanjakan.
"Padahal, sudah lama tak ke sini," lanjut Kesuma.
Ngetem adalah istilah jasa cinta sesaat di Kalijodo. Namun, hanya berlaku siang hari. Tarifnya lebih murah dari penyewaan jasa di malam hari.
"Kalau siang ini biasanya untung-untungan, kalau mau nelusur ke gang-gang kecil itu, ada yang ngetem kok," lanjut Kesuma yang sehari-harinya berdagang ikan.
Baca Juga
Mengungsi
Advertisement
Tarif short time pada malam hari di kawasan ini berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu. Tapi untuk 'ngetem' hanya bayar Rp 120 ribu - Rp 130 ribu.
"Itu untuk yang muda-muda saja. Kalau udah STW (setengah tua), dapet 80 (Rp 80 ribu) lah," ucap Kesuma sambil nyengir.
Penelusuran Liputan6.com, tarif short time antarkafe hampir tak ada perbedaan. Sedangkan tarif long time tergantung juragan masing-masing.
"Biasanya di atas Rp 1 jutaan lah," ujar seorang ibu yang memiliki warung di tepi Jalan Kepanduan II itu.
Terlihat ada 3 taksi berhenti di depan bar, kafe, dan tempat prostitusi di kawasan tersebut. Taksi berhenti tepat di pintu-pintu kafe.
Seorang pria keluar dengan tas-tas besar dan memasukkannya ke dalam bagasi taksi. Lalu perempuan-perempuan bergegas masuk ke dalamnya. Mereka langsung pergi meninggalkan Kalijodo.
"Ngungsi kali atau pulang kampung, kan ini (Kalijodo) mau ditutup," ujar seorang ibu yang menjunjung ember berisi kain cucian.