Liputan6.com, Lampung - Mobil Toyota Alphard hitam bernomor polisi RI 5 yang ditumpangi Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan tiba-tiba masuk ke gang selebar 2,5 meter. Meski kondisi jalan berbatu dan berlumpur di kawasan Candimas, Natar, Lampung Selatan, mobil mewah yang ditumpangi Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) itu tetap melaju.
Siang itu, Zulkifli tidak langsung pulang ke Jakarta usai melantik pasangan wali kota dan bupati se-Provinsi Lampung. Tapi rupanya dia sengaja blusukan ke beberapa rumah warga yang kondisinya memprihatinkan.
Rumah pertama yang didatangi Zulkifli adalah rumah Sumini. Rumah perempuan 55 tahun itu terlihat sederhana, lantainya hanya beralas semen, dinding yang memisahkan 3 bagian rumahnya itu terbuat dari triplek. Sumini rupanya mengontrak rumah itu Rp 200 ribu per bulan.
Janda 3 anak itu hanya mengandalkan penghasilan dari hasil jualan kue. Dari penghasilannya itu, Sumini harus membiayai anak bungsunya yang masih sekolah di SD. Anak keduanya terpaksa putus sekolah karena tidak mampu mebiayai.
"Cuma lulus SMP. Enggak berani biayain karena enggak ada yang jamin," kata Sumini saat berbincang dengan Zulkifli, Rabu (17/2/2016).
Zulkifli pun meminta Sumini mencari sekolah yang baik untuk anaknya. Soal biaya, politikus PAN itu akan menjaminnya. "Sekarang cari sekolah, biaya nanti kita carikan. Ibu tenang saja," bujuk Zulkifli.
Kepada Zulkifli, Sumini juga mengungkapkan niatnya mengembangkan dagangannya. Dia ingin beralih dari berjualan kue ke sembako keliling.
"Bisa sembako keliling, ya sudah saya kasih modal tambahan Rp 5 juta, ya. Biar bisa tambah penghasilan," kata Zulkifli.
Zulkifli kemudian melanjutkan blusukan ke rumah lainnya, yang berjarak sekitar 500 meter dari rumah Sumini. Kali ini rumah Pariah.
Advertisement
Baca Juga
Nasib perempuan 65 tahun itu pun tak lebih baik dari Sumini. Pariah hanya menggantungkan hidupnya pada hasil kerja serabutan berkebun dan bertani di lahan orang.
Dia juga harus memikirkan bungsunya yang masih sekolah di bangku SMK, Ifan Saputra. Penghasilannya di kebun pun tidak didapat setiap hari. Bila ada pekerjaan, dia baru bisa membeli beras dan lauk.
"Kalau ada, ya beli beras. Lauk paling daun singkong, ikan asin," tutur Pariah kepada Zulkifli yang duduk di kursi plastik.
Pikirannya belum tenang. Rumah yang ditempati Pariah kini sudah dibeli pihak Bandara Raden Inten II. Kini dia kebingungan mencari tumpangan lain.
"Ya sudah, ibu ini ada bantuan Rp 3 juta. Diterima. Anaknya harus tetap sekolah. Karena cuma sekolah yang bisa memutus kemiskinan," kata Zulkifli.
Rumah terakhir yang dikunjungi Zulkifli adalah rumah Ebah. Rumahnya berada di sisi empang. Banguannya memang lebih kekar dibanding 2 rumah lainnya.
Hanya saja, di usia yang sudah memasuki 70 tahun itu, Ebah masih harus merawat anak bungsunya yang mengalami keterbelakangan mental. Beruntung, 3 anaknya masih suka datang membantu merawatnya.
"Ini orangtuanya dijagain. Biar sehat ibunya diperhatikan, orangtuanya kalau dijaga Insyaallah barokah. Ini ada Rp 3 juta, tolong disimpan ya," kata Zulkifli.
Pada akhir blusukannya, Zulkifli mengingatkan kepada seluruh pejabat negara, agar mereka harus benar-benar bekerja untuk rakyat. Rakyat kecil seperti Sumini, Pariah, dan Ebah harus betul-betul menjadi perhatian.
"Inilah tugasnya pemerintah bupati-bupati harus mengerti betul begini. Tugasnya melayani," pungkas Zulkifli.