Sukses

Jelang Munaslub, Golkar Butuh Figur Bersih dan Pemersatu

Dibutuhkan sosok yang pintar, bisa mempersatukan dua kubu yang saling berseberangan untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar

Liputan6.com, Jakarta - Partai Golkar dalam waktu dekat ini akan menggelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Sejumlah calon ketua umum yang akan menggantikan Aburizal Bakrie sudah mulai bermunculan.

Lalu figur seperti apa yang cocok untuk menahkodai partai sebesar Golkar ini? Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro mengatakan Golkar membutuhkan figur ketua umum yang memiliki kemampuan luar biasa dan sudah teruji.

Karena, lanjut Siti, saat ini partai berlambang beringin ini sedang terpuruk bukan saja karena terjebak perpecahan internal, melainkan juga karena banyak kalah dalam pilkada serentak.

"Dibutuhkan sosok yang pintar, bisa mempersatukan dua kubu yang saling berseberangan untuk mengembalikan kejayaan Partai Golkar," kata Siti di Jakarta, Rabu (17/2/2016).

Menurut dia, figur ketua umum harus yang mencintai organisasi partai dan memiliki rekam jejak yang baik. Selain itu figur calon ketum juga harus memiliki garansi agar tidak menjadikan partai politik sebagai kendaraan untuk maju dalam Pilpres 2019.


"Ada beberapa nama yang sudah beredar, untuk tingkatan kaum muda ada Aziz Syamsuddin, Zaki Iskandar dan Idrus Marham. Dari segi jam terbang, Idrus paling berpengalaman karena dua periode jadi sekjen," ujar dia.

Menurut Siti Zuhro, jika Idrus Marham maju sebagai calon ketua umum, maka dia harus bisa mendengarkan aspirasi dari dua kubu yang sebelumnya bertentangan.

"Dia harus mendengarkan kedua pihak, sehingga tidak ada yang dilanggar haknya jika kelak Idrus terpilih menjadi Ketua Umum," jelas Siti.

Butuh yang Bersih

Sementara itu, Suara lain juga diungkapkan pengamat politik dari Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS) Toto Sugiarto mengatakan, terkait sejumlah nama yang sudah beredar seperti, Setya Novanto, Nurdin Halid, juga Idrus Marham, dirinya menilai belum mampu menjawab rencana Golkar untuk berbenah.

Karena 3 nama tersebut, menurut Toto, belum mampu diterima dua kubu. Hal itu karena ketika dualisme kepengurusan yang melanda Golkar, ketiganya masih terjebak dalam sekat-sekat di kedua kelompok.

Karena itu, ia berharap kader Golkar berhati-hati dalam menentukan atau memilih kandidat calon ketua umum. Apalagi, sejumlah nama yang masuk dalam kandidat ketua umum memiliki latar belakang minor.

"Jadi harus ada sosok (calon Ketum Golkar) yang mampu diterima dan menjadikan partai semakin solid," kata Toto.