Sukses

Pengacara Kalijodo Protes Razia Polda Metro

Langkah polisi yang menurunkan 500-an personel ke Kalijodo dikritik warga Kalijodo.

Liputan6.com, Jakarta - Langkah operasi Penyakit Masyarakat yang digelar Polda Metro Jaya dikritik pengacara warga Kalijodo, Razman Arief Nasution. Dia menilai langkah aparat dalam penertiban tersebut berlebihan.

"Tadi malam 500 personel turun atas nama razia. Membawa rakyat menjadi takut. Polri ini harus berhati-hati," ujar Razman saat audiensi dengan pimpinan DPRD DKI Jakarta, di ruang rapat lantai 9 Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Seharusnya, apa pun program Pemprov DKI Jakarta yang bersinggungan langsung dengan rakyat harus didahuluhi dengan sosialisasi yang baik. Sejauh ini, pemberian surat peringatan 1 dari pemerintah malah diklaim menjadi bagian dari sosialisasi.

"Mana mungkin sosisalsisasi menghadirkan polisi sebanyak itu bawa laras panjang. Saya menagih janji Polri yang bersikap netral. Saya berharap Polri profesional. Karena kami cinta Polri sampai kapan pun," ujar Razman.

Sambil menangis tersedu seorang warga Kalijodo, Lusi, mengatakan sejak mencuatnya persoalan Kalijodo begitu banyak aparat bersenjata di lokasi tersebut. Dia berharap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pembicaraan terlebih dulu dalam melakukan penertiban.

"Sampai sekarang belum ada pendekatan dia (Ahok) datang ke sini. Yang ada dicecer kita terus warga mau enggak mau harus pindah. Sampai anak saya tidak mau sekolah, takut," kata Lusi.

Kombes Krishna Soal Kalijodo
 
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti menyatakan Kalijodo adalah kawasan yang bebal dan lorong neraka. Menurut dia, kawasan ini tak layak ada di Kota Jakarta.

"Jakarta kotanya harus beradab, ini (Kalijodo) daerah yang tidak beradab," ujar Krishna saat mendatangi kawasan Kalijodo, Jakarta Utara, Kamis (18/2/2016) malam.

Meski kawasan Kalijodo tak lagi seperti saat ia menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan pada tahun 2002 lalu, Krishna tetap ingin agar wilayah tersebut diratakan.

"Ini lebih aman, kalau dulu tiap minggu ada perang, preman di mana-mana 2000-an (jumlahnya)," cerita dia.

Jika pemerintah tak serius menutupnya, Krishna memprediksi Kalijodo akan jadi pusat kejahatan di Jakarta.

"Jika dibiarkan, ini (Kalijodo) bisa jadi hotspot kejahatan. Sebab ini tempat ilegal, negara tak bisa mengatur yang ilegal. Maka harus ada penataan agar negara bisa hadir di tengah masyarakat," ucap Krishna.