Sukses

Anggrek Raksasa Mekar di Kebun Raya Bogor

Anggrek raksasa ini hanya mekar 2 tahun sekali.

Liputan6.com, Bogor - Indonesia adalah negara kedua yang paling banyak memiliki spesies anggrek setelah Brazil. Salah satu jenis anggrek yang tumbuh di Tanah Air adalah Grammathophyllum Speciosum Blume atau yang dijuluki anggrek raksasa.

Anggrek raksasa atau yang dikenal anggrek tebu ini tumbuh tersebar di Jawa, Sumatera, Riau, Bangka, Kalimantan, Nusa Tenggara. Termasuk di Kebun Raya Bogor.

Bahkan salah satu koleksi anggrek di Kebun Raya Bogor ini sedang mekar. Selain ukuran bunganya yang cukup besar, tanaman ini hanya berbunga 2 tahun sekali.

"Daya tahan bunganya pun bisa sampai 2,5 bulan. Ini disebabkan karena bunganya yang mekar bergantian, sehingga pengunjung bisa berlama-lama menikmati keindahannya," kata penanggung jawab Rumah Anggrek KRB, Eka Ratna, Selasa (23/2/2016).

Di Kebun Raya Bogor, lanjur Eka, anggrek ini biasanya berbunga di bulan Januari hingga Februari. Keunikan jenis anggrek ini memiliki 2 jenis bunga, yakni fertil (bisa membentuk buah dan biji) dan steril (tidak bisa membentuk buah dan biji).


Anggrek Grammathophyllum Speciosum dijuluki anggrek raksasa mengingat ukuran bunga dan pohonnya besar. Tinggi batangnya berkisar antara 1-2 meter.

 

Anggrek raksasa atau yang dikenal anggrek tebu ini mekar di Kebun Raya Bogor


Daunnya tersusun di sebelah kiri dan kanan batang dengan panjang 50-100 cm dan lebar 3-4 cm. Sedangkan tangkai bunganya akan muncul dari pangkal batang sepanjang 2-3 meter. Pada tangkai yang panjang terjuntai itu ada 60-100 kuntum bunganya tergantung anggun.

"Yang berukuran raksasa tidak hanya daun, batang, serta tangkai bunganya. Ketika bunganya mekar sempurna diameternya antara 10-12 cm, sehingga keindahannya nampak semakin nyata," ujar dia.

Meski memiliki keindahan, namun tidak semua masyarakat Indonesia mengenal salah satu tanaman langka ini.

Dari puluhan ribu pengunjung yang berlibur ke Kebun Raya Bogor ada pula yang tidak mengetahui jika anggrek raksasa sedang mekar. Anggrek yang menempel di batang pohon besar di lewati begitu saja oleh pengunjung.

"Pengunjung yang melihat anggrek ini paling hanya penggemar atau pemerhati saja," ujar Sofi, peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kebun Raya Bogor.

Namun demikian, pihaknya terus berupaya memperkenalkan tanaman ini kepada pengunjung. "Di situs yang kami miliki juga terus disosialisasikan," tutup Sofi.