Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi melantik 10 Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk negara-negara sahabat di Istana Negara, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Salah satu yang dilantik yaitu Helmy Fauzi. Dia merupakan relawan Jokowi-JK saat Pilpres 2014 lalu yang ditunjuk oleh Jokowi menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Mesir.
Helmy menilai, penujukkan dirinya sebagai Dubes bukanlah bentuk 'bagi-bagi jabatan' Jokowi terhadap para pendukungnya.
Menurut dia pengangkatan dirinya sebagai Dubes Mesir lantaran pengalamannya sebagai anggota DPR dan bidang kajian diplomasi dan hubungan internasional yang ia dalami.
"Bahwa saya aktif di Seknas Jokowi, iya. Dan saya juga dari PDI Perjuangan, iya. Namun satu sisi saya punya pengalaman di DPR dari komisi. Dan selama di Komisi I saya banyak menggeluti persoalan-persoalan diplomasi keamanan dan sebagainya," ujar Helmy saat ditemui Liputan6.com, Kamis, 25 Februari 2016.
Advertisement
Baca Juga
Dia juga menilai pengangkatan dirinya sebagai Dubes karena mempunyai kedekatan personal dengan Jokowi. Hal tersebut, menurut Helmy cukup penting karena jabatan Dubes merupakan perwakilan pemerintah di luar negeri.
"Jadi duta besar ini pada dasarnya special envoy dan personal envoy, utusan khusus presiden. Mewakili presiden secara personal. Dubes juga selayaknya punya kedekatan pada presiden. Karena memang Dubes itu mewakili presiden di luar negeri," ucap Helmy yang menjabat sebagai Dewan Pakar Hubungan Internasional Seknas Jokowi.
Ia pun berjanji, pasca pelantikan dirinya akan langsung bekerja dan meninggalkan jabatan serta seluruh kegiatan di Seknas Jokowi.
"lya jadi di Seknas mundur dulu. Banyak kader di Seknas itu. Tapi moga saja nanti ketika diperlukan lagi jelang 2019, bisa kembali lagi," ucap dia sambil tertawa.
Ia pun berjanji akan menjalankan tugasnya sebagai perwakilan pemerintah RI di Mesir dengan melakukan upaya peningkatan diplomasi dan semakin mempererat hubungan antar kedua negara.
"Kita kan punya modal sosial besar, apalagi kita sebagai negara pemrakarsa Konferensi Asia Afrika (KAA), tentu ini perlu diterjemahkan sedemikan rupa, sehingga menjadi kerjasama yang konkret baik berupa perdagangan dan investasi," pungkas Helmi.