Liputan6.com, Jakarta - Kapolres Jakarta Utara Kombes Pol Daniel Bolly Tifaona membantah penangkapan Daeng Azis dilatarbelakangi kekhawatiran dia akan mengerahkan dan mengajak massa menolak pembongkaran kawasan Kalijodo.
Penangkapan Daeng Azis, kata dia, murni lantaran yang bersangkutan resmi menjadi tersangka atas kasus pencurian listrik. Dan soal penahanan lebih kepada kewenangan penyidik.
"Tidak ada kaitannya itu (pembongkaran) dengan saudara Daeng Azis. Ia juga tidak mengerahkan masa atau akan melakukan penolakan," kata Kombes Bolly dihubungi Liputan6.com, Jakarta Utara, Minggu 28 Februari 2016.
Baca Juga
Bolly menegaskan, dari informasi yang diterimanya, Daeng Azis tidak memberi intruksi atau perintah kepada salah satu kelompok masyarakat atau warga untuk melakukan perlawanan atau penolakan saat pembongkaran.
"Tidak ada titahnya (Daeng Azis) seperti itu," tegas Bolly.
Mantan Kapolres Bekasi Kota itu kembali menegaskan, bahwa soal spekulasi yang menyebutkan penangkapan Daeng untuk meredam aksi masa saat pembongkaran tidaklah benar.
"Nggak ada. Nggak ada urusan deh sama itu," tutup Bolly.
Tantang Ahok
Kuasa hukum warga Kalijodo, Razman Arif Nasution mengultimatum aparat TNI, Sat Pol PP, dan kepolisian untuk tidak semena-mena dan menggunakan kekerasan saat penggusuran kawasan Kalijodo.
"Besok saya minta jangan ada kekerasan dan tekanan, biarkan Ahok berhadapan langsung dengan masyarakat," ujar Razman, di Kalijodo, Minggu 28 Februari 2016.
Razman menantang Ahok untuk mempertanggung jawabkan ucapanya di media massa. Sebab, Ahok sesumbar, bakal tetap menggusur dan tak ambil pusing jika ada warga yang tetap bertahan meski dengan tenda.
"Besok harus kita saksikam, ada 66 KK (Kepala Keluarga) yang tetap bertahan dan gak mau pindah dari Kalijodo. Besok harus kita saksikan, apa bener Ahok akan membiarkan mereka mendirikan tenda?" ucap Razman.
Ia meminta aparat agar tak menyentuh 66 KK itu, ia ingin membuktikan perkataan Ahok.
"TNI, Polri dan Sat Pol PP jangan sampai memaksa masyarakat, biarkan mereka berhadapan dengan Ahok," kata Razman.
Kawasan Kalijodo direncanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta diubah jadi taman. Di hari terakhir Kalijodo, kawasan ini dijarah habis-habisan tukang loak dan pemulung. Tak ada lagi para PSK, pria hidung belang, muncikari, dan warga. Mereka memilih pulang kampung, mencari tempat baru hingga ikut bujukan pemerintah untuk pindah ke rumah susun.