Liputan6.com, Jakarta - Matahari baru saja memperlihatkan sinarnya. Namun, di salah satu sudut Ibu Kota, kesibukan sudah terasa. Bunyi mesin alat berat serta derap sepatu petugas menjadi penanda bagi kawasan Kalijodo, bahwa lokalisasi di perbatasan Jakarta Barat dan Jakarta Utara itu akan menamatkan ceritanya hari itu, Senin 29 Februari 2016.
Sebanyak 8 eskavator mulai bergerak menghancurkan bangunan di Kalijodo satu per satu. Alat berat itu menghancurkan bangunan mulai dari Jalan Kepanduan II. Di kiri dan kanan eskavator dijaga oleh polisi, TNI dan Satpol PP yang bersiaga. Satu per satu bangunan di Kalijodo pun rata dengan tanah.
Baca Juga
Sebelum dibongkar, petugas mensterilkan kawasan tersebut dengan memberi garis polisi. Penyisiran sekaligus untuk memastikan tidak ada lagi warga yang berada di dalam bangunan yang dihancurkan.
Advertisement
Dentuman dan gemuruh dinding-dinding bangunan yang menandakan runtuhnya Kalijodo juga menjadi tontonan warga. Jalan Pangeran Tubagus Angke, Jalan Bandengan Utara dan jalan yang berada di seberang Kalijodo dipadati warga yang hendak menonton dan menjadi saksi sejarah dari akhir riwayat Kalijodo.
Warga hingga media pun sudah tidak bisa masuk ke dalam kawasan Kalijodo karena telah dibatasi garis polisi. Bagi warga yang melawan operasi ini, aparat telah mengeluarkan ancaman, akan dilumpuhkan.
"Mereka dilarang untuk lakukan perlawanan. Kami akan lumpuhkan. Prinsip siapapun yang melawan keputusan negara, melawan hukum, kami akan lumpuhkan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes M Iqbal di Kalijodo, Senin pagi.
Sejumlah truk pengangkut dari Dinas Tata Air dan Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta pun sudah bersiap di sisi utara Kalijodo untuk mengangkut puing reruntuhan bangunan.
Setelah 30 menit dihancurkan, kafe-kafe yang berada di bagian depan atau di bagian Jalan Kepanduan II mulai rata dengan tanah. Termasuk kafe milik Abdul Azis atau Daeng Azis yang menjadi sasaran pertama pembongkaran.
Hingga pukul 08.40 WIB, proses pembongkaran masih berlangsung. Beberapa titik di dekat lokasi pembongkaran terlihat ramai oleh warga yang ingin menyaksikan pembongkaran, termasuk dari seberang kali.
Di antara reruntuhan bangunan, terlihat pakaian dalam wanita berserakan. Celana dalam, kutang, baju tanpa lengan, berserakan di gang-gang dan di dalam kafe yang tengah menunggu giliran dihancurkan. Bahkan beberapa di antara pakaian dalam itu ada yang tersangkut di kabel-kabel listrik.
Tapi, tak semua bangunan dirobohkan. Masjid Al-Mubaarokah yang masuk dalam wilayah Tambora, Jakarta Barat, tak dirobohkan aparat.
"Kalau masjid akan dibongkar sendiri oleh pengurus Masjid," ujar Wali Kota Jakarta Barat Anas Effendi di lokasi pembongkaran.
Anas memberikan kepercayaan kepada pengurus Masjid tersebut. Untuk pembongkarannya dia belum bisa memastikan kapan masjid itu akan dibongkar oleh pengurus.
Namun dia memastikan masjid itu akan ikut dibongkar, karena berada di kawasan ruang terbuka hijau.
"Biar mereka yang bongkar sendiri, kalau petugas saya takut memicu kemarahan warga. Kalau bisa dibongkar secepatnya 1x24 jam," kata Anas.
Dari informasi yang dihimpun Liputan6.com di lapangan, Masjid Al-Mubaarokah yang berada di Jalan Jembatan II Barat, RT 07/10 No.1, Angke, Tambora, Jakarta Barat sudah berdiri puluhan tahun.
Di sela-sela penertiban itu, seorang wanita berumur sekitar 60 tahun sempat menangis histeris karena tempat tinggalnya di kawasan hiburan malam Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, itu dibongkar aparat gabungan.
Wanita tua tersebut bernama Sri. Dia merupakan salah seorang warga yang ingin bertahan di kawasan Kalijodo karena sudah tinggal puluhan tahun.
"Saya sudah 30 tahun lebih di sini, saya sudah enak tinggal di sini sama anak cucu. Almarhum suami saya dari tahun 1950 sudah di sini, lahir di sini," kata Sri histeris di lokasi pembongkaran.
Dia mengaku bingung jika harus pindah ‎ke rumah susun yang disediakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, karena alasan biaya. Sebab, selama ini ia hidup dibantu anak-anaknya.
"Rumah susun juga bayar. Sekarang penghasilan saya nggak ada, buat makan susah, mau bayar pakai apa‎?" ujar Sri.
Ia mengatakan, tetap ingin bertahan di kawasan Kalijodo meskipun tempat tinggalnya dibongkar.‎ "Pokoknya saya tak akan ke rumah susun‎," ucap Sri.
Selain Sri, ada 6 keluarga lainnya yang masih bertahan di dalam kawasan hiburan Kalijodo. Camat Penjaringan Jakarta Utara Abdul Khalit mengatakan 6 kepala keluarga yang bersikeras bertahan itu dari RT 06/05.
"Benar, sampai kini masih ada sekitar 5 sampai 6 keluarga di dalam Kalijodo," kata Abdul Khalit di lokasi penggusuran.
Wali Kota Jakarta Utara Rustam Effendi yang berkeliling kawasan Kalijodo mengaku akan melakukan tindakan persuasif kepada warga yang tetap bertahan. "Masih ada warga di dalam," kata Rustam di Kalijodo.
Kendati demikian, sampai saat ini belum terlihat adanya tindakan dari aparat untuk bernegosiasi dengan warga yang masih bertahan.
Pantauan Liputan6.com, sekelompok warga yang bertahan sebagian besar dari mereka adalah ibu-ibu. Hanya terlihat 4 laki-laki dan 5 anak-anak.
Warga yang mengaku tidak tidur itu berkumpul di salah satu titik, yakni di rumah seorang tokoh Kalijodo bernama Leonard Eko Wahyu Widiatmoko.
Meski ratusan polisi melewati kediamannya yang bertempat di gang pertama jalan Kepanduan II dari arah Jalan Pangeran Tubagus Angke, Leonard yang terlihat dalam kerumunan itu terlihat santai merokok dan bercengkrama dengan warga lainnya.
"Ini rumah siapa, Bu? Pagi, Ibu... Bongkar ini, periksa!" terdengar suara aparat dengan pengeras suara yang menggema di kawasan Kalijodo.
"Kita akan tetap di sini, lebih baik di sini, rumah sendiri, ini baru dibangun sebulan yang lalu," ujar Leo.
Di titik tempat warga berkumpul, digantung sebuah replika jenazah yang dibungkus kain kafan menyerupai pocong dan satu kotak amal bertuliskan 'Korban Ahok'.
Ibu-ibu yang bertahan itu mengatakan sengaja berkumpul di rumah Leo agar tidak diintimidasi dan terpantau.
Yang jelas, menurut Rustam Effendi, untuk pemerataan akan berlangsung pada 4 hari ke depan. Sehingga dalam sepekan ini, kawasan lokalisasi Kalijodo sudah rapih.
"Dalam minggu ini mudah-mudahan sudah bisa ditata dengan baik dan hijau," jelas dia.
Selain itu Rustam juga mengatakan, kawasan Kalijodo akan disulap menjadi taman yang dilengkapi dengan lapangan futsal di dalamnya.
Kini, tak ada lagi langkah mundur. Warga yang sudah memutuskan untuk pindah kecil kemungkinan untuk bisa kembali mendiami lokasi ini. Sebab, kendati kawasan Kalijodo telah rata dengan tanah, pihak Polda Metro Jaya akan tetap memantau daerah tersebut. Polisi akan menggelar operasi tertutup dengan menebar petugas berpakaian sipil.
"Kita ada kegiatan-kegiatan intelijen kita akan lakukan terus," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian.
Tito menegaskan, jika nantinya ada potensi kerawanan, pihaknya tak segan-segan menindaknya. Hal ini ditujukan agar kawasan Kalijodo bisa segera dikembalikan peruntukannya oleh Pemprov DKI Jakarta menjadi ruang terbuka hijau.
Itu artinya, riwayat Kalijodo sebagai salah satu pusat hiburan malam di Ibu Kota sudah tutup buku. Yang tersisa kini hanyalah sejarah, bahwa di kawasan ini pernah berdiri banyak bangunan yang menjadi tempat warga memuaskan dahaga syahwatnya.Â