Liputan6.com, Jakarta - Gerhana matahari total akan terjadi pada 9 Maret 2016 mendatang. Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan fenomena alam yang langka tersebut merupakan kesempatan Indonesia menebus kesalahan masa lalu.
"Untuk mengoreksi kejadian tahun 1983, di mana orang diajar salah, untuk tidak bisa melihat dan harus tinggal di rumah. Itu kesalahan besar. Oleh karena itu, dianjurkan justru untuk dilihat walaupun harus pakai kacamata khusus," tegas JKÂ di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (29/2/2016).
Baca Juga
Jusuf Kalla Terpilih Lagi Jadi Ketua PMI, Dubes Inggris untuk Indonesia Ucapkan Selamat dan Puji Kepemimpinannya
Pemprov Jakarta Siapkan 1.783 Unit Rusun untuk Warga Terdampak Kebakaran di Kemayoran
4 Respons Mulai Sudirman Said hingga Menkum Supratman soal Kisruh Dualisme Kepemimpinan PMI JK Vs Agung Laksono
JK menuturkan masih belum menentukan lokasi untuk menonton fenomena gerhana matahari total tersebut. Ia menjelaskan sulit untuk mencari tempat menginap yang kosong, karena sudah dipesan jauh hari.Â
Advertisement
Baca Juga
"Lagi diatur tempatnya. Nantilah diatur. Saya masih baru cari tempat yang kosong," tegas JK.
Sementara, Menteri Pariwisata Arief Yahya menambahkan pihaknya sudah mempromosikan fenomena alam langka ini sejak 2015 lalu.
Arief menyampaikan target kunjungan bisa mencapai 100 ribu turis asing dengan penerimaan devisa Rp 1,56 triliun. Sedangkan, turis nusantara diperkirakan mencapai 5,1 juta dengan asumsi perputaran uang Rp 3,8 triliun.
Gerhana matahari total itu akan melewati 12 provinsi. Yaitu Maluku Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sumatera Barat.